KPU Kota Denpasar Gelar Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Pilkada 2024
Kemendikbudristek, Hadirkan Pertunjukan Kolaborasi 9 Negara
Letternews.net — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (Dit. PPK), menggelar ASEAN Panji Festival 2023 di Gedung Laboratorium Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada Jumat (13/10). Kota Yogyakarta merupakan kota pertama perhelatan festival yang berlangsung pada 7 s.d. 28 Oktober 2023.
Pembukaan ASEAN Panji Festival berlangsung meriah, itu terlihat dari antusias penonton yang hadir menyaksikan pembukaan sekaligus penampilan kolaborasi dari sembilan negara ASEAN, yaitu Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, dalam sambutannya mengatakan bahwa Cerita Panji telah menjadi salah satu epos klasik dalam Sastra Jawa yang sangat terkenal di Indonesia dan Asia Tenggara. Cerita Panji berasal dari Jawa Timur, kisah ini berdiri megah, tidak sebagai hasil adaptasi, melainkan sebuah karya autentik Nusantara yang mencerahkan dan menyejukkan jiwa.
“Bukti nyata dari keagungan kisah Panji adalah ekspansinya yang melintasi batas-batas geografis. Pigeaud dan Vickers, dua nama besar dalam studi budaya, menegaskan keberadaan Panji tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Lombok, Palembang, Banjarmasin, Aceh, Siam, Campa, dan Filipina. Namun, seiring perkembangan zaman, khususnya kondisi pada saat ini, masih banyak generasi muda yang tidak mengenal cerita Panji. Oleh karenanya, perlu dikenalkan kembali. Pergelaran ini menjadi salah satu upayanya,” ucap Dirjen Kebudayaan.
Setelah melakukan latihan gabungan di ISI secara intens sejak 8 Oktober 2023, seluruh delegasi yang merupakan seniman dari negaranya, bersama-sama menyajikan pertunjukan epik Cerita Panji dalam Lakon “Panji Semirang”. Digarap oleh Bambang Paningron sebagai pimpinan produksi dan Bambang Pudjasworo sebagai art director serta penulis naskah, cerita dibagi menjadi sepuluh adegan yang setiap lakonnya diperankan oleh masing-masing negara. Tema pokok cerita berpusar pada lika-liku percintaan, pengembaraan, perjuangan, dan persatuan antara Raden Panji Asmarabangun atau Raden Panji Inu Kertapati, putra mahkota Kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri.
Pembagian episode tiap negara adalah sebagai berikut: “Perjalanan Menuju Daha” (Laos), “Perebutan Golek Kencana antara Dewi Sekartaji dan Galuh Ajeng” (Kamboja), “Dewi Sekartaji Beralih Rupa Menjadi Panji Semirang” (Myanmar), “Klana Tunjung Bang Berperang Melawan Panji Semirang” (Malaysia), “Panji Inu Kertapati Bertemu Panji Semirang” (Vietnam), “Pernikahan Panji Inu Kertapati dan Galuh Ajeng” (Thailand), “Panji Semirang Menuju Kerajaan Gagelang” (Filipina), “Panji Inu Kertapati Bertemu Gambuh Warga Asmara” (Indonesia), “Gambuh Warga Asmara Beralih Rupa Menjadi Dewi Sekartaji” (Singapura), dan babak terakhir, yakni “Pernikahan Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji” dimainkan oleh seluruh negara peserta. Penampilan dari kesembilan negara tersebut berhasil memukau penonton yang hadir secara langsung maupun melalui siaran daring. Pertunjukan kolaborasi selanjutnya akan dilaksanakan di Kediri (16/10), Malang (21/10), Pasuruan (22/10), dan Solo (25/10).
Seminar Internasional Cerita Panji
Sehari sebelum pertunjukan berlangsung, Kemendikbudristek bekerja sama dengan Program Studi Magister Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar “Panji International Seminar”, Kamis (12/10), di Auditorium Pascasarjana UGM.
Adapun, narasumber merupakan pelestari/pegiat budaya Panji dan para akademisi dari dalam maupun luar negeri, di antaranya Wardiman Djojonegoro (Indonesia), Lydia Kieven (Jerman), Thaneerat Jatuthasri (Thailand), G. R. Lono L. Simatupang (Indonesia), Soo Pong Chua (Singapura), Rudy Wiratama (Indonesia), dan Ei Ei Thant (Myanmar). Seminar dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, budayawan, hingga akademisi.
Salah satu pembicara dalam seminar ini, G. R. Lono L Simatupang menyampaikan, lewat seminar ini, Cerita Panji yang berkembang di ASEAN diharapkan bisa lebih dikenal oleh generasi muda. Ia mengatakan, “bagaimana Panji yang sudah ditetapkan sebagai Memory of The World bisa tetap dipelihara. Dicari upaya melihat dan belajar dari bentuk-bentuk panji yang sudah ada baik di Indonesia, Thailand, Myanmar, Singapura, Vietnam untuk dipahami bersama bagaimana Panji bisa terus hidup,” ujarnya.
Sementara itu, pembicara asal Thailand, Thaneerat Jathuthasri menceritakan kisah Panji atau dikenal dengan nama Inao yang berkembang di negaranya. Ia mengisahkan bahwa cerita Inao di Thailand diwujudkan dalam bentuk tarian dan seni pertunjukan, serta berkembang menjadi seni lukis.
Thaneerat menambahkan, meski Inao memiliki perbedaan yang detail jika dibandingkan dengan Panji di Indonesia, Inao di kalangan masyarakat Thailand sangat populer di mana kisah utamanya juga menceritakan sosok Inu Kertapati. “Inao sudah terkenal dari zaman dulu. Simbol Inao masih terpelihara dengan baik hingga kini. Banyak orang mengetahui dan mewariskan ilmunya,” katanya.
Salah satu peserta seminar, Topan Bagus Permadi yang merupakan Mahasiswa Magister Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada, mengaku sangat antusias mengikuti seminar yang membahas soal perkembangan Cerita Panji di beberapa negara ini. Ia mengatakan, Cerita Panji sangat menarik karena tidak hanya berhenti pada aspek persoalan percintaan secara umum, tetapi di balik cerita tersebut, ada kandungan sisi sejarahnya. “Cerita-cerita Panji ini merujuk pada peristiwa-peristiwa historis yang membuat saya sangat tertarik mengikuti seminar ini,” tutup Topan. (LN/HUM)