Cegah Stunting Melalui Pemanfaatan Pangan Lokal

 Cegah Stunting Melalui Pemanfaatan Pangan Lokal

Foto: Ny. Putri Suastini Koster selaku Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali

Letternews.net — Mewujudkan daerah bebas stunting adalah upaya yang terus dilakukan Tim Penggerak PKK Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Ny. Putri Suastini Koster. Melibatkan para ahli untuk mensosialisasikan apa itu stunting, bagaimana cara pencegahannya dan apa saja yang harus dipahami terus dilakukan untuk mendukung program prioritas pemerintah pusat, provinsi bahkan sampai tingkat desa.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa stunting adalah gangguan kesehatan yang dialami oleh anak-anak atau generasi muda, yang seharusnya bisa dicegah semenjak seorang perempuan atau calon ibu sedang mengandung.

Tidak hanya saat mengandung, untuk mencegah terjadinya gejala stunting juga bisa kita sosialisasikan kepada remaja perempuan, agar sejak dini mereka berfokus untuk menjaga kesehatan tubuh, baik dari dalam dan luar.

BACA JUGA:  Prioritaskan Protein Hewani Untuk Mpasi Sebagai Upaya Mencegah Stunting Pada Anak Balita

Upaya menjaga kesehatan dari dalam dapat dilakukan dengan mengkonsumsi tablet penambah darah bagi remaja putri saat sedang haid (datang bulan), menjauhi niat diet ketat atau menurunkan berat badan secara berlebihan, mengurangi jam begadang (tidur larut malam) yang dapat merusak organ dalam tubuh akibat kurangnya waktu istirahat bagi fisik yang nantinya dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK) sekaligus menata waktu penggunaan gadget. “Usahakan jangan terlalu lelah untuk terus menggunakan gadget. Segala bentuk aktivitas boleh dimudahkan oleh teknologi informasi dan digitalisasi, namun jangan lupa bahwa hal tersebut dapat merusak tubuh dan fisik serta mental yang semakin malas untuk bergerak. Oleh sebab itu, mari kita rajin beraktivitas, menjaga pola makan dan bergerak agar otot tidak tegang,” tegas Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster saat mengisi program Perempuan Bali Bicara, di salah satu stasiun televisi, Jumat (16/9).

Mempersiapkan generasi emas di tahun 2045 tentu tidak mudah dilakukan karena masih saja ditemukan kasus stunting di sejumlah Kabupaten di Bali. Meskipun angka stunting di Bali termasuk paling rendah di tingkat nasional, namun tetap saja pengentasan stunting adalah tugas dan kewajiban kita selaku kader Tim Penggerak PKK dan orangtua ditengah masyarakat.

“Kita semua jangan pernah lalai untuk menjaga kesehatan anak-anak generasi penerus kota, karena kesehatan tentu menjadi faktor utama bagi kemajuan sebuah daerah sekaligus menjadi faktor kesejahteraan keluarga. Maka dari itu, mari kita tingkatkan kesadaran untuk bersama mencegah lahirnya generasi stunting di tengah keluarga dan masyarakat disekitar kita,” imbuh Ny. Putri Koster.

BACA JUGA:  Persadha Nusantara: Berharap Bali Bisa Menekan Angka Stunting dari 8% Hingga 0%

Penting bagi setiap rumah tangga untuk memanfaatkan halaman rumahnya sebagai HATINYA PKK. Dimana setiap anggota keluarga bisa menata halaman asri, tenteram, indah, nyaman dan bermanfaat untuk menanam kebutuhan makanan pokok. Mulai dari cabai dan bumbu dapur lainnya, jenis sayur mayur dan umbi-umbian serta sebagiannya juga bisa digunakan menanam jenis bunga yang bisa dimanfaatkan.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Gusti Ayu Dewi Kusumayanti yang merupakan Dosen Jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, bahwa stunting bukan penyakit keturunan, namun stunting merupakan gangguan tumbuh kembang pada bayi yang bisa terjadi akibat kurang pahamnya calon ibu tentang bagaimana menjaga kesehatan janin. “Pada dasarnya cara menjaga agar calon bayi tidak stunting adalah tidak begitu sulit. Calon ibu wajib menjaga gizi kebutuhan tubuh dan janinnya yang seimbang. Yakni pemenuhan kalori, karbohidrat, protein dan serat harus seimbang dan sesuai, agar tidak mengganggu keperluan tubuh antara satu dengan yang lainnya,” ungkapnya.

Penting untuk diketahui bagi pasangan muda, bahwa ngidam di semester satu (3 bulan pertama) akan mengalami kerawanan bagi ibu hamil, karena rasa mual akan menyebabkan ibu hamil muda kehilangan nafsu makan sehingga akan mengakibatkan status kehamilan mengalami kekurangan energi kronis (KEK) dan tidak jarang mempengaruhi atau menyebabkan anemia akut.

BACA JUGA:  Pemprov Bali Dorong Keluarga Perkaya Pengetahuan Tentang Gizi 

Hal ini akan memberikan peluang bagi janin mengalami stunting dini. Yang nantinya akan mempengaruhi juga perkembangan dan pertumbuhan fisik dan otaknya setelah lahir.

“Edukasi penting ini juga perlu ditanamkan kepada pihak laki-laki atau suaminya sekaligus keluarga terdekat, karena rasa nyaman untuk didukung oleh suami dan mertua juga akan memberikan dampak bagi ibu yang sedang hamil.

Setelah hamil dan lahir, maka peran ibu tidak berhenti sampai disana. Namun ibu-ibu muda wajib membawa bayinya secara rutin dan teratur mengontrol berat badan bayi ke posyandu. Hal ini bertujuan apakah tumbuh kembang berat badan bayi sesuai dengan usianya atau tidak,” imbuhnya.

Stunting harus segera dicegah dengan berbagai cara. Penanganan stunting yang harus diketahui masyarakat adalah kewaspadaan sejak dini, terutama mengenai penyebabnya (dimulai dari dalam kandungan, mengalami gizi kronis, ibu hamil jangan sampai kekurangan gizi karena bayi setelah lahir harus diberikan ASI eksklusif selama enam (6) bulan pertama kelahirannya.

BACA JUGA:  Densus 88 Antiteror Polri Ungkap Teroris yang Ditangkap di Malang Sering Akses Situs Propaganda Daulah Islamiyah

Setelah enam (6) bulan, peran ibu, nenek atau pengasuhnya juga wajib paham untuk menata pola makan dan jenis makanan yang siap diberikan kepada bayi, agar disesuaikan dengan pertumbuhan organ dalam perut bayi, hal ini penting agar bayi tidak mengalami kendala pencernaan dan membuatnya terganggu dan kesakitan.

Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh bisa didapatkan dari jenis pangan lokal, seperti jagung, ketela, dan jenis umbi-umbian lainnya termasuk kacang tanah. Semua itu akan baik jika dikonsumsi oleh anak-anak, remaja, ibu hamil bahkan orangtua. Karena semua kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh memang berasal dari sana. Apabila bosan dengan konsumsi rebusan, maka umbi-umbian ini bisa diolah menjadi pangan yang bervariasi dan menarik nafsu makan untuk mencoba.

(LN/HUM/PR)

.

Bagikan: