Tertimpa Pohon Tumbang di Monkey Forest 2 WNA Meninggal Dunia
Produksi Garam Turun 50 Persen
Letternews.net — Produksi garam tradisional di Banjar Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, turun sekitar 50 persen, karena musim hujan.
Suanda menyebut, pasaran garam ini didukung pelanggan tetap dari luar Bali, hingga per tahun mampu jual sekitar 14 ton. Awalnya petani garam sekali panen, setiap empat hari sekali, tiap petani hanya mampu berpenghasilan Rp 300.000 hingga Rp 350.000, kali ini telah mampu berpenghasilan Rp 4 juta – Rp 6 juta. Tiap petani garam memproduksi rata-rata per empat hari 70 kg – 90 kg. Tiap tahun produksinya efektif 4 bulan, Agustus-November, total produksi berproduksi hingga 70 ton, dengan memanfaatkan lahan pantai yang masih tersisa 2 hektare. Sebelumnya hanya mampu berproduksi 32 ton setahun.
Disebutkan, tiap petani garam mesti memiliki lahan minimal, sekitar 300 m2, dengan cara lahan itu dibagi empat petak. Di tengah petak ada sebuah tinjung (tempat filter air laut berbentuk cubang). Prosesnya membuat garam, keempat petak itu dituangkan air laut, setelah kena panas sinar matahari selama sehari air laut dari petak diambil dituangkan ke dalam tinjung. Dalam tinjung itu difilter, kemudian hasil filter di tinjung maka air setengah garam dituangkan ke palungan yang terbuat dari batang kelapa. Dalam palungan itulah air setengah garam dikeringkan, selama 12 jam, dituangkan pagi lalu sore telah jadi garam. “Satu hal yang memudahkan petani garam, bahan bakunya tidak beli, langsung ambil di laut, dan jarak tempat produksi dengan lokasi mengambil air laut sekitar 20 meter,” tambahnya. Hanya saja di saat tengah berproses, tiba-tiba datang hujan, garamnya jadi membusuk. (LN/NB)