Penjor Big Size Meriahkan Ngerebong

 Penjor Big Size Meriahkan Ngerebong

Foto: Proses Pemasangan penjor

Letternews.net — Belasan penjor big size mulai dipasang di sekitar Pura Agung Petilan Jalan WR Supratman, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur, Sabtu (25/6).

Pemasangan penjor tersebut untuk prosesi Ngerebong yang digelar di Pura Agung Petilan pada Redite Pon Medangsia, Minggu (26/6) hari ini.  Pemasangan penjor dilakukan sejak sore hingga petang. Dari semua penjor tersebut, ada satu penjor big size yang menggunakan bahan-bahan alam hasil hutan dan kebun. Penjor ini dibuat oleh ST Dharma Satwika, Banjar Kebon Kuri Mangku Kesiman Denpasar. Pembuatan penjor ini menggunakan bahan berupa ijuk, daun cemara, ambu, busung, pelepah pohon kelapa, maupun slepan. Untuk pemanis juga menggunakan terong, tebu, jagung, pisang, pelepah bambu, hingga wortel.
BACA JUGA:  Sekema Pengaman Agenda WWF ke-10 di Bali 2024
Ketua ST Dharma Satwika, I Komang Agus Triana mengatakan ide pembuatannya berawal dari kriteria penjor tanpa sterofoam dan menggunakan bahan alami. Oleh karenanya pihaknya memilih menggunakan isi hutan, kebun, dan sawah. “Jika selama ini kan biasanya memakai daun lontar, dan itu memang lazimnya, maka kami pilih yang berbeda,” katanya saat ditemui di sela-sela persiapan pemasangan penjor.

Karena penjor ini menggunakan bahan alam dan masih basah sehingga lebih berat. Adapun berat penjor ini mencapai ratusan kilogram. Sementara untuk tingginya sekitar 7-8 meter dengan diameter sekitar 50 centimeter. Untuk pembuatan penjor ini ST ini memerlukan waktu selama 5 hari mulai dari mencari bambu hingga mengumpulkan bahan. Pembuatan penjor ini menghabiskan dana sekitar Rp 3 juta.

“Penjor ini sederhana, simpel, namun rumit sebenarnya. Rumitnya karena terkait dengan masalah beratnya, dan pemasangan ornamen dari buah-buahan ini. Karena kebanyakan bahan di alam jadi tidak terlalu banyak habisnya,” ujarnya.

BACA JUGA:  Media Berperan Membangun Kesadaran Publik dalam Mengurangi Risiko Bencana

Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna, yang dikonfirmasi mengatakan krama atau pamedek nantinya diatur atau di-pah agar tidak terjadi penumpukan yang membuat krodit. Termasuk alur masuk atau keluar pemedek juga sudah diatur sedemikian rupa. “Krama dari Desa Adat Kesiman yang terdiri dari 32 banjar adat bisa melakukan persembahyangan mulai sejak pagi hingga siang. Setelah itu, dari siang sampai sore untuk pemedek dari luar Desa Adat Kesiman,” kata Jero Wisna.  Hal ini berdasarkan evaluasi tradisi Ngerebong sebelumnya karena sempat terjadi penumpukan krama atau pemedek sehingga membuat krodit. Selain alur persembahyangan, juga dilakukan rekayasa lalu lintas. Rekayasa lalulintas dilakukan mulai pukul 09.00 hingga 19.00 Wita di Jalan WR Supratman.

(LN/MIS/NB)
.

Bagikan: