Sekda Bali Serahkan Medali di AFC 2025, Menpora Dorong Akselerasi Anggar Menuju Olimpiade
Nugget Sebagai Media Penyuluhan Pada Kegiatan Posyandu

Letternews.net — Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi dan memerlukan perhatian yang khusus untuk menanggulanginya. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasting sebesar 7,7% dan balita stunting 21,6%. Target tahun 2014 menurunkan prevalensi stunting sebesar 14,% dan wasting menjadi 7,0%.
Menurut Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal Untuk Balita dan Ibu Hamil (2023), yang dimaksud dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal adalah makanan tambahan pangan lokal yang diberikan untuk meningkatkan status gizi pada sasaran (balita dan ibu hamil). Prinsip Pemberian Makanan Tambahan Balita yaitu 1) Berupa makanan lengkap siap santap atau kudapan kaya sumber protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang; lauk hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 macam sumber protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap bagi balita, 2) Berupa tambahan dan bukan pengganti makanan utama, 3) Makanan Tambahan Balita gizi kurang diberikan selama 4-8 minggu, Makanan Tambahan Balita berat badan (BB) kurang dan Balita dengan BB Tidak Naik selama 2-4 minggu dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan lokal. Pemberian Makanan Tambahan (MT) di posyandu, fasyankes, kelas ibu balita atau melalui kunjungan rumah oleh kader/nakes/mitra, 4) Diberikan setiap hari dengan komposisi sedikitnya satu kali makanan lengkap dalam seminggu dan sisanya kudapan. Makanan lengkap diberikan sebagai sarana edukasi implementasi isi piringku. Pemberian MT disertai dengan edukasi, dapat berupa demo masak, penyuluhan dan konseling 5) Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) dan tetap melanjutkan pemberian ASI (diberikan secara on-demand sesuai kebutuhan anak).
Komposisi Makanan Tambahan Lokal bagi balita (6-59 bulan) dalam satu hari sebagai berikut: umur 6-11 bulan yaitu energi 175-200 kkal, protein 3,5-8 gram, dan lemak 4,4-13 gram; umur 12-23 bulan yaitu energi 225-275 kkal, protein 4,5-11 gram, dan lemak 5,6-17,9 gram; umur 24-59 bulan yaitu energi 300-450 kkal, protein 6-16 gram dan lemak 7,5-29,3 gram.
Kegiatan pada meja IV sistem 5 meja posyandu adalah kegiatan penyuluhan oleh kader posyandu. Media yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu balita mengenai menu gizi seimbang balita adalah contoh menu gizi seimbang balita.
Ibu balita yang mengunjungi posyandu diberikan penyuluhan pada meja IV sistem 5 meja posyandu untuk memahami makanan yang perlu diberikan kepada balita untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Balita yang sudah terpenuhi kebutuhan zat gizinya dari menu seimbang balita, tidak seharusnya diberikan makanan tambahan.
Kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk balita umur 6-11 bulan yaitu energi 800 kkal, protein 15 gram dan lemak 35 gram; umur 1-3 tahun yaitu energi 1350 kkal, protein 20 gram dan lemak 45 gram; umur 4-6 tahun yaitu energi 1400 kkal, protein 25 gram dan lemak 50 gram.
Untuk memenuhi kecukupan zat gizi balita tersebut dapat diberikan menu makan siang sebagai berikut: umur 6-11 bulan: nasi putih 50 gram, semur ayam 25 gram, tahu goreng 25 gram, bening bayam 50 gram, pepaya segar 25 gram; umur 1-3 tahun: nasi putih 100 gram, ayam goreng 50 gram, tahun goreng 50 gram, cah bayam 50 gram, pepaya segar 50 gram; umur 4-6 tahun: nasi putih 100 gram, sate ayam 75 gram, tahu goreng 50 gram, tumis bayam 50 gram, pepaya segar 50 gram.
PMT swadana di posyandu biasanya diberikan bubur kacang hijau, telur rebus, susu kemasan, puding, buah segar, bubur sumsum dan sebagainya.
Untuk variasi PMT dapat juga diberikan makanan camilan yang disukai balita yaitu nuget. Resep nuget dimodifikasi dengan menambahkan formula ke-kame-tu sehingga mengandung zat gizi khusunya protein yang tinggi.
Kandungan zat gizi nuget per 100 gram yaitu protein 8,37%; seng 2,89 mg%; kalsium 119,43 mg%; fosfor 156 mg%; magnesium 2,89 mg%; abu 1,402%; air 59,08% dan asam amino pembatas yaitu methionine. Nuget ini dapat memenuhi kebutuhan protein balita umur 6-11 bulan sebanyak 55,8%; protein balita umur 1-3 tahun sebanyak 41,5% dan protein balita umur 4-6 tahun sebanyak 33,5%. Nuget ini dapat dikonsumsi pagi, siang dan malam dengan variasi bentuknya agar balita terhindar dari kebosanan, misalnya dapat dibuat bakso, atau sate.
Pelaksanaan PMT di posyandu dengan menyajikan nuget ini sangat memungkinkan untuk membantu memenuhi kebutuhan zat gizi balita. Dampak akhir yang diharapkan dengan terpenuhinya kebutuhan gizi balita khususnya protein hewani akan membantu program percepatan penurunan stunting.
Apabila memungkinkan kader posyandu didampingi peneliti dapat melakukan kegiatan demonstrasi membuat nuget dihadapan ibu-ibu balita. Peningkatan keterampilan ibu balita membuat nuget tinggi protein, selanjutkan dapat diaplikasikan di rumah masing-masing untuk balitanya. Hal ini akan sangat membantu pemenuhan kebutuhan zat gizi khususnya protein bagi balita sesuai umurnya. Dampak akhir yang diharapkan adalah tercapainya status gizi yang optimal sehingga kejadian stunting pada balita dapat dicegah atau ditanggulangi.