Tertimpa Pohon Tumbang di Monkey Forest 2 WNA Meninggal Dunia
Mengenal Sosok Kepala Lapas Perempuan Klas IIA Denpasar
Letternews.id — Menjadi perempuan yang bekerja dengan tugas dan tanggung jawab yang besar tidaklah mudah. Lalu pernahkah berpikir bagaimana rasanya menjadi seorang kepala lembaga pemasyarakatan?
Salah satu tanggung jawab yang dipikul seorang kepala lapas perempuan adalah bertanggungjawab penuh mengubah para pelanggar hukum menjadi pribadi yang lebih baik ketika menjalani masa hukuman mau pun sudah bebas dan kembali ke masyarakat. Lili, wanita tangguh asal Jambi menjadi Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar.
“Kepercayaan itu ibarat seperti kertas. Sekali kita remas, ia tidak akan kembali sempurna. Saya harus memegang kepercayaan, amanah, tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada saya di sini,” ucapnya.
Sebelum menjadi Kalapas Perempuan Klas IIA Denpasar, Lili bekerja di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Jakarta selama 25 tahun.
Saat itu, Lili menjabat sebagai Kasubdit Latihan Keterampilan Direktorat Pembinaan Narapidana Latihan Kerja dan Produksi. Dia bertugas memonitoring kegiatan lapas daerah di seluruh Indonesia.
“Saat menjadi Kasubdit, saya selalu ke lapas di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dari kegiatan-kegiatan di masing-masing lapas lah saya banyak belajar,” jelasnya.
“Selain Jessica, saya juga bertemu seorang mantan pramugari yang tersandung kasus narkoba. Jadi dia itu jago menari dan bagus sekali narinya. Dan itu menjadi ikon di Pondok Bambu,” ceritanya.
Lili mengaku tanggung jawab menjadi kalapas lebih berat dibandingkan saat ia bekerja di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
“Jelas berat di sini. Pengalaman saat di pusat itulah menjadi bekal saya di sini. Makanya saat saya di sini, saya selalu bilang untuk warga binaan bahwa tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Setiap hari tidak boleh ada waktu kosong. Harus selalu ada kegiatan yang bermanfaat bagi warga binaan,” tegasnya.
Meski lahan Lapas Perempuan sempit, itu tidak menjadi kendala bagi warga binaan untuk berkreasi dan berinovasi.
Berkat keuletannya sebagai kalapas, program beberapa pembinaan yang dilakukan telah memiliki prestasi dan para warga binaannya tetap produktif.
Bahkan, pihaknya tengah mengupayakan menggandeng salah satu hotel bintang 5 agar nantinya warga binaan dapat memproduksi perlengkapan yang diperlukan hotel.
“Warga binaan kami punya band bahkan pernah menyabet juara 2. Sebentar lagi kami juga punya salon kecantikan sendiri di dalam lapas. Kan sayang kalau sudah mengikuti pelatihan tidak disalurkan dengan baik kemampuan mereka,” ucapnya.
LILI selalu menjaga hubungannya dengan warga binaan melalui pendekatan dari hati ke hati dengan cara menyapa setiap pagi, menanyakan kabar dan keadaan, serta mengingatkan untuk selalu berbuat baik.
Lili juga menjaga hubungan dengan seluruh staf Lapas Perempuan Klas IIA Denpasar dengan cara coffee morning setelah apel.
Atau membuat games sebulan sekali dengan memberikan hadiah kepada pemenang games untuk menjaga keakrabannya dengan para staf.
“Ya paling hadiahnya cokelat lah,” katanya.
Meskipun terkendala jarak, Lili juga tidak lupa menjalin hubungan dengan keluarganya di Jakarta dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti video call untuk menjaga komunikasi.
“Bukan karena kuatku dan hebatku, tetapi karena cinta semua bisa berjalan,” ujarnya.
Selain itu, prestasi menjadi Kalapas Perempuan Klas IIA Denpasat, Lili telah mencetuskan ‘Lapasku Cantik Tanpa Kantong Plastik’ dan membuat galeri handphone sitaan saat Deklarasi Zero Halinar (HP, Pungli dan Narkoba) yang membuat berbeda dengan lapas-lapas lainnya.