Tertimpa Pohon Tumbang di Monkey Forest 2 WNA Meninggal Dunia
Shalahuddin Tanggapi Soal Gemoy dan Prabowo Subianto
Letternews.net — Soal gemoy dan Prabowo Subianto belakangan ini di tahun Pilpres 2024 tengah jadi sorotan publik. Pasalnya, label gemoy yang disematkan pada Prabowo Subianto yang merupakan salah satu capres di Pilpres 2024 menuai pro dan kontra.
Mengetahui hal tersebut, salah satu politisi Partai Bulan Bintang (PBB) Bali, M.Shalahuddin Jamil pun turut menanggapi hebohnya soal gemoy dan Prabowo ini.
Shalahuddin mengatakan bahwa istilah gemoy ini tidak disematkan oleh Prabowo sendiri, tapi dari milenial yang menganggap Prabowo sesorang yang lucu.
Namun, menurut Shalahuddin soal gemoy Prabowo itu saat ini justru banyak diperbincangkan dan dianggap mengganggu.
“Ini (gemoy) adalah atribut yang disematkan kepada Pak Prabowo. Karena dia lucu, sedikit wah chubby gitu, dan ini kan istilah dari para Milenial. Gemoy itu artinya lucu dan menggemaskan. Gemes, gitu.” ujar Shalahuddin seperti dikutip MalangNetwork.com dari kanal Youtube PSI pada Jumat, 1 Desember 2023.
“Tiba-tiba ini menjadi sesuatu yang diperbincangkan, dianggap mengganggu, dianggap nggak begitu penting, ini sebenarnya bukan gagasan dan mari kita beradu gagasan,” sambungnya.
Adapun pihak yang mengartikan lain dari kata gemoy, seperti “gembrot dan letoy”, menurutnya hal ini justru dialamatkan untuk menyerang fisik Prabowo.
Dan yang mengatakan itu, menurut politisi PBB Bali tersebut mengira bukanlah milenial, melainkan senior atau orang tua sepertinya.
Ia pun menyampaikan bahwa ia telah bertanya ke berbagai anak muda siapa yang akan dipilih jadi presiden di Pilpres 2024.
Saya bertanya kemana-mana, siapa yang akan dipilih (jadi presiden)? Dan mereka mengatakan saya akan memilih gemoy, gitu,” Kata Shalahuddin.
“Mereka suka banget dengan atribut gemoy. Kenapa? Karena begitulah cara anak muda sekarang, para milenial, gen Z, generasi Alfa, memandang sesuatu,” lanjutnya.
Lebih jauh, Shalahuddin pun menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Menurutnya karena para milenial dan generasi selanjutnya sudah capek dengan perpolitikan yang penuh keributan dan sengol menyenggol.
“Mereka-meraka barangkali sudah cape, sudah bosan dengan ribut, yang kemudian senggol sana, senggol sini, kemudian adu fitnah,” ungkapnya
“Mereka juga udah mulai gerah gitu ya. Dan santuy-nya Kaesang juga tiba-tiba diserang gitu,” Tutupnya. (LN/RA)