Dua Proyek Jembatan di Kabupaten Buleleng Dipastikan Molor

 Dua Proyek Jembatan di Kabupaten Buleleng Dipastikan Molor

Foto: Kondisi pengerjaan di Jembatan Pangkung Dalem

Letternews.id — Dua proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Buleleng, Bali dipastikan tak tuntas alias molor hingga pergantian atau tutup tahun 2021.

Diantaranya Jembatan Runuh yang membelah Kelurahan Sukasada dengan Desa Sari Mekar, serta Jembatan Pangkung Dalem yang membelah Desa Gitgit dengan Desa Wanagiri.

BACA JUGA:  Bagus Susena: Program big data, Catat Kemampuan Anggota

Informasi yang dihimpun, pekerjaan pada dua jembatan itu mestinya sudah tuntas pada pertengahan Desember lalu.

Namun hingga akhir tahun ini, jembatan itu tak kunjung tuntas. Jembatan Runuh saat ini, baru tuntas 95 persen. Sementara Jembatan Pangkung Dalem baru selesai 60 persen.

BACA JUGA:  Gong Legend Sengguan dan Angantaka Bernostalgia Setelah 41 Tahun Lamanya

Pekerjaan di Jembatan Pangkung Dalem termasuk molor cukup lama. Penyedia jasa diduga tidak memperhitungkan beban angkut kendaraan serta kondisi cuaca di lokasi pekerjaan. Dampaknya pekerjaan terlambat cukup lama.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, pengerjaan kedua jembatan itu mestinya sudah tuntas pada 15 Desember lalu. Namun hingga kini belum tuntas. Alhasil kontraktor pelaksana proyek terpaksa dikenakan denda.

BACA JUGA:  Anak Mantan Sekda Buleleng Tersangka Korupsi

Kontraktor pengerjaan proyek Jembatan Runuh saat ini dikenakan denda sebesar Rp 5.055.347 per hari.

Sementara pelaksana proyek Jembatan Pangkung Dalem didenda Rp 6.810.504 per hari. Nilai denda itu hanya satu per seribu dari nilai kontrak yang ditandatangani.

“Kami juga berikan perpanjangan waktu masa pengerjaan. Maksimal selama 50 hari mereka harus sudah menyelesaikan pekerjaan itu. Nanti kalau sudah selesai, baru kontraknya akan kami bayar,” kata Adiptha saat dihubungi Selasa (28/12).

BACA JUGA:  Curi Motor Teman Agus Ditangkap di Denpasar

Lebih lanjut Adiptha mengatakan, kontraktor pelaksana proyek diduga tidak memperhitungkan kondisi geografis lokasi. Sehingga mengalami keterlambatan saat mendatangkan barang ke lokasi pekerjaan.

“Ini yang menyebabkan keterlambatan. Mereka sebenarnya sudah sempat survey lokasi. Hanya saja proses pengangkutan dan kondisi cuaca itu tidak diperhitungkan. Sehingga proyeknya terlambat,” tukas Adiptha.

(rb/rd)

.

Bagikan: