Bersama Mitra Kerja, BKKBN Gencar Sosialisasi Penurunan Stunting di Buleleng Bali

 Bersama Mitra Kerja, BKKBN Gencar Sosialisasi Penurunan Stunting di Buleleng Bali

Foto: Sosialisasi Penurunan Stunting di Buleleng Bali

Letternews.net — Bersama mitra kerja dari Komisi IX DPR RI, BKKBN gencar lakukan sosialisasi program percepatan penurunan stunting diseluruh Indonesia. Salah satunya, di wilayah Propinsi Bali.

Kali ini, BKKBN bersama Komisi IX DPR RI melaksanakan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di wilayah Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, Selasa, 13 Agustus 2024.

BACA JUGA:  Menuju Generasi Emas 2045, DPR dan BKKBN Gencar Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bangli

Gede Nanda tuan rumah dalam sambutannya, mengatakan sangat bersyukur dan berterimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam terlaksananya kegiatan sosialisasi penurunan stunting.

Mitra Kerja ini.’”semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat untuk kita semua. Terutama masalah stunting yang sedang menjadi agenda negara, termasuk polio. Kami menjemput bola ke sasaran dalam pencegahan stunting,” kata Gede Nanda.

Anggota komisi IX DPR RI , I Ketut Kariyasa Adyana dalam paparanya menyebutkan tentang definisi stunting, 1000 HPK dan dampak stunting tidak hanya fisik tapi juga kecerdasan.” Pencegahan stunting ada di golden age atau 1000 HPK. Anak baru lahir harus diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan diberikan MPASI. Untuk 1 dari 5 anak di Indonesia dengan kondisi stunting termasuk mengalami kenaikan prevalensinya dari 14% menjadi 17%.,” terang Kariyasa Adyana.

BACA JUGA:  Bersama Mitra Kerja BKKBN Gencar Lakukan Sosialisasi Penurunan Stunting di Provinsi Bali

Desak Perwakilan BKKBN Provinsi Bali. Dalam paparannya, pencegahan stunting dapat dicegah mulai dari sebelum berkeluarga atau pra konsepsi, dimulai dari menikah pada usia ideal 21 th bagi perempuan, dan 25 th bagi laki laki. Memperhatikan asupan makanan bergizi untuk Keluarga Beresiko Stunting.

Ia juga menghimbau, jika masyarakat menemukan anak usia 0-2 tahun mengalami sakit kronis secara terus menerus antara rentang waktu 3-6 bulan dan perkembangannya tidak sama dengan anak lain yang seusia dengannya, sebaiknya segera dibawa puskesmas atau RSUD terdekat.

“Penting dalam penanganan dini mencegah stunting, diantaranya dengan memeriksakan kesehatannya dan untuk para ibu hamil idealnya memeriksakan kesehatan kehamilannya minimal 6 kali selama masa kehamilannya. Agar, bisa terdeteksi sejak dini resiko anak lahir dalam keadaan stunting,” jelasnya.

BACA JUGA:  Sosialisasi Gizi Tentang Pencegahan dan Peanggulangan Stunting Pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Gianyar

Sedangkan I Nyoman Riang Pustaka juga memberikan Pencegahan stunting salah satunya melalui gizi. Pencegahan stunting dimulai dari 1000 HPK. Sasaran stunting diantaranya adalah calon pengantin, keluarga memiliki ibu hamil, keluarga paska peralinan keluarga memiliki baduta protein hewani dapat mencegah stunting.

Beliau juga menghimbau agar masyarakat terutama orang tua untuk terlibat aktif dalam Poktan (Kelompok Kegiatan) yg dibina BKKBN yaitu: 1. Bina Keluarga Balita 2. Bina Keluarga Remaja. 3. Pusat Informasi Konseling Remaja 4. Bina keluarga Lansia.

“Masyarakat agar menghubungi kader2 PKK dan kader KB di lingkungan tempat tinggalnya,” terangnya.

Pada kesempatan ini, beliau menyampaikan mengenai calon pengantin harus periksa kesehatan di puskesmas 3 bulan sebelum menikah. Misalkan, calon perempuan anemia akan diberikan obat dari puskesmas.

BACA JUGA:  Menuju Generasi Emas 2045, DPR dan BKKBN Gencar Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bangli

“Semua ibu hamil wajib periksa kehamilan minima 6 kali. Jangan lupa pakai alat kontrasepsi. Lalu, Anak diberikan asi yang baik. Stunting kondisi gizi kronis maupun lama, atau akibatnya lama dan anak tidak langsung stunting. Siapkan makanan sendiri dirumah dengan gizi yang sehat dilengkapi dengan protein yang baik”, jelasnya.

Reporter: Rls

.

Bagikan: