Akses Laut Kura Kura Bali Ditutup Pelampung? Heboh Video Silt Protector di Laguna, BTID: Itu Bukan Pembatas Permanen, Hanya Tirai Lumpur Proyek Marina!

 Akses Laut Kura Kura Bali Ditutup Pelampung? Heboh Video Silt Protector di Laguna, BTID: Itu Bukan Pembatas Permanen, Hanya Tirai Lumpur Proyek Marina!

Foto: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali

DENPASAR, Letternews.net – Media sosial dihebohkan dengan video yang memperlihatkan deretan pelampung membentang di sekitar laguna kawasan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, memicu kecurigaan publik mengenai penutupan permanen akses pantai dan penguasaan kawasan laut.

BACA JUGA:  Sang Made Mahendra Jaya, Penjabat Gubernur Bali Lolos Tes Tulis Capim KPK

Menanggapi rumor panas ini, PT Bali Turtle Island Development (BTID) selaku pengelola KEK tersebut segera memberikan klarifikasi. Mereka menegaskan bahwa pelampung yang dipasang BUKAN merupakan pembatas akses, melainkan Silt Protector atau tirai penghalang lumpur.

Kepala Komunikasi BTID, Zefri Alfaruqy, menjelaskan bahwa pemasangan silt protector ini bersifat sementara, diperkirakan selama 18 bulan, bertujuan untuk melindungi lingkungan dan ekosistem laut.

“Tujuan pemasangan pelampung silt ini demi keselamatan kita semua serta perlindungan ekosistem laut, mencegah lumpur proyek pembangunan Marina Internasional menyebar keluar zona kerja,” ujar Zefri.

BACA JUGA:  Wawali Arya Wibawa Tutup Ubung Kaja Festival 2024

Kecemasan Publik: Antara Proyek Mewah dan Hak Pesisir

Meskipun BTID menjamin pembatas akan dibuka setelah proyek infrastruktur bawah laut selesai, kecemasan publik tetap tinggi. Isu ini menyoroti ketegangan klasik di Bali: kekhawatiran bahwa proyek investasi besar seperti Marina Internasional Kura Kura Bali akan mengorbankan hak-hak masyarakat pesisir dan menghilangkan akses publik.

Publik mempertanyakan mengapa setiap pemasangan pembatas, meskipun diklaim sementara, selalu menimbulkan kecemasan akan hilangnya akses publik di Bali, dan apakah janji perlindungan lingkungan akan dipatuhi di tengah tekanan proyek.

BTID mengklaim telah melakukan sosialisasi kepada berbagai pihak terkait, termasuk nelayan, tokoh adat, dan instansi. Publik kini menanti pembuktian komitmen BTID untuk membuka kembali akses laut setelah masa konstruksi berakhir.

Editor: Rudi.

.

Bagikan: