Korban Lakalantas di Buleleng 35 Jiwa di Januari-Juni

 Korban Lakalantas di Buleleng 35 Jiwa di Januari-Juni

Foto: Polisi melakukan olah TKP

Letternews.net —  Kecelakaan lalu lintas yang terjadi sejak Januari hingga 11 Juni 2022 di Buleleng mencapai 152 kasus.

Dari ratusan kasus itu, 35 orang di antaranya meninggal dunia. Satlantas Polres Buleleng pun melakukan upaya berupa memasang banner di jalur-jalur rawan, serta menggelar operasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tertib berlalulintas.
Kasat Lantas Polres Buleleng, Iptu Anton Suherman mengatakan, kasus kecelakaan lalu lintas pada 2022 ini meningkat bila dibandingkan pada 2021 lalu. Dimana pada Januari hingga 11 Juni 2022 saja, kecelakaan telah terjadi hingga 152  kasus, dengan total kerugian mencapai Rp 492 juta lebih.
BACA JUGA:  Mitsubishi XForce Diluncurkan, Jadi Teman Berpetualang Sejati di Bali
Dari jumlah itu, 35 orang di antaranya meninggal dunia, dan 241 orang luka ringan.  Sementara pada Januari hingga Desember 2021 lalu, kecelakaan lalu lintas mencapai 302 kasus, dengan total kerugian Rp 475 juta lebih.  Dari ratusan kasus ini, menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 61 orang, luka berat satu orang dan luka ringan 477 orang.

“Semester pertama di tahun 2022 ini kasus laka lantas cukup banyak. Berbeda pada tahun 2021 lalu, lebih sedikit mungkin karena dulu ada pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19. Kalau sekarang masyarakat lebih bebas beraktivitas dan bepergian,” ucap Iptu Anton.

Iptu Anton menyebutkan, wilayah yang rawan terjadi kecelakaan adalah Buleleng Barat, tepatnya di jalur Singaraja – Seririt. Jalur itu kerap menjadi lintasan truk atau kendaraan besar yang menempuh  perjalanan jauh. Sehingga kecelakaan yang terjadi di jalur tersebut kerap disebabkan oleh faktor kelelahan dan mengantuk.

BACA JUGA:  Polsek Densel Amankan Pelaku Pencurian dan Kekerasan Terhadap Pria Pengguna Aplikasi Michat

Selain itu, jalur yang cukup rawan terjadi kecelakaan jug di Jalur Gitgit dengan kondisi medan yang banyak tikungan tajam. “Kecelakaan di Jalur Gitgit rata-rata terjadi karena pengendaranya belum menguasai jalan. Sementara di jalur Singaraja – Seririt, karena faktor kelelahan atau mengantuk. Karena jalur itu kerap dilintasi kendaraan besar,” katanya.

Sebagai upaya untuk menekan angka kecelakaan, Iptu Anton menyebut pihaknya telah memasang beberapa banner di  wilayah Gitgit. Dalam banner  itu berisi imbauan agar pengendara berhati-hati dan mengurangi kecepatan saat hendak memasuki tikungan tajam. Sementara di jalur Singaraja-Seririt pihaknya telah menugaskan personel untuk melakukan patroli rutin, serta mengimbau para pengendara untuk beristirahat apabila mengantuk dan merasa lelah.

Iptu Anton pun tidak memungkiri, jalur Singaraja-Seririt memang belum dilengkapi dengan rest area. Namun ia mengimbau kepada para pengendara untuk memanfaatkan halaman SPBU atau menggunakan bahu jalan yang besar untuk beristirahat. “Seperti halaman SPBU Desa Anturan kan cukup luas, itu bisa digunakan untuk istirahat,” terangnya.

(LN/MZ/NB)
.

Bagikan: