Waspada! Terorisme Pindah ke Smartphone Anak: Polri Ungkap 110 Anak Usia Sekolah di 23 Provinsi Terpapar Jaringan Radikal Lewat Game Online dan Medsos
Foto: Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko

JAKARTA, Letternews.net – Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengungkapkan pola rekrutmen jaringan terorisme kini telah bergeser secara senyap ke ruang digital, secara masif menargetkan anak-anak dan pelajar melalui platform daring.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, menyatakan temuan ini sangat serius. Data Densus 88 menunjukkan, ada 110 anak dalam rentang usia 10–18 tahun di 23 provinsi yang diduga telah terpapar dan masuk dalam radar jaringan terorisme.
Rekrutmen ini dilakukan sepenuhnya di dunia maya, memanfaatkan media sosial, game online, aplikasi pesan instan, hingga situs tertutup sebagai sarana indoktrinasi.
Eksploitasi Celah Emosional Anak Rentan
Trunoyudo menjelaskan bahwa pelaku terorisme mengeksploitasi celah emosional pada anak yang rentan secara psikologis. Pelaku memulai dengan pendekatan emosional dan memberikan perhatian semu, sebelum secara bertahap memasukkan narasi ekstrem.
Faktor kerentanan utama anak yang sering menjadi sasaran meliputi:
-
Korban bullying dalam status sosial.
-
Broken home dan kurangnya perhatian keluarga.
-
Fase pencarian identitas jati diri.
Polri telah merespons cepat ancaman ini. Pada 17 November 2025, dua tersangka dewasa yang diduga menjadi aktor utama perekrut dan pengendali jaringan online ini telah ditangkap. Penindakan ini menunjukkan komitmen Polri untuk memutus rantai rekrutmen yang kini menjadikan smartphone sebagai pintu masuk utama radikalisme.
Editor: Rudi.








