Wayan Suyadnya: Mengapa Dunia Sehat Tidak Butuh Netralitas, Tapi Keberanian Independen?

 Wayan Suyadnya: Mengapa Dunia Sehat Tidak Butuh Netralitas, Tapi Keberanian Independen?

Foto: Wayan Suyadnya Dewan Pembina JMSI Bali

DENPASAR, Letternews.net – Dalam pusaran informasi dan kepentingan, dua konsep sering disalahartikan: netral dan independen. Melalui catatan refleksinya yang tajam, penulis Wayan Suyadnya membedah kedua konsep tersebut, menyimpulkan bahwa dunia yang sehat, termasuk media dan politik, tidak membutuhkan netralitas, melainkan keberanian untuk bersikap independen.

Suyadnya menggunakan analogi kuat: Netral adalah air, yang tidak memiliki sikap, mudah diwarnai, dan hanya mengikuti wadah. Sementara Independen adalah api, yang memiliki arah, tujuan, dan prinsip yang tak bisa ditawar.

BACA JUGA:  Masyarakat Bali Dihimbau Waspada Potensi Hujan dan Angin Kencang di Bulan Maret 2023

Media Sejati Berpihak pada Nilai, Bukan Kepentingan

Kritik utama diarahkan pada media. Suyadnya menegaskan bahwa media sejati tidaklah netral, tetapi independen.

“Media sejati tidaklah netral, tapi independen. Karena media bukan air, melainkan api yang menyala untuk menerangi. Ia berpihak — bukan pada manusia, bukan pada kelompok, tapi pada nilai: kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan,” tulis Suyadnya.

Ia mengambil contoh industri film dan politik luar negeri, di mana keberpihakan pada prinsip (seperti integritas bangsa) menjadi bagian dari jati diri (independensi), berbeda dengan netralitas yang berarti tanpa sikap sama sekali.

BACA JUGA:  Bank Sentral Indonesia, Malaysia, dan Thailand Perluas Cakupan Transaksi Mata Uang Lokal

Paradoks Modern: Netral Sebagai Alasan Bersembunyi

Suyadnya mengamati paradoks di dunia modern: banyak individu atau lembaga mengaku netral padahal sejatinya mereka kehilangan keberanian untuk bersikap independen.

Netralitas, seringkali, dijadikan alasan untuk tidak bersuara, bersembunyi di balik kebisuan, dan menghindari tanggung jawab.

Sebaliknya, independen menuntut keberanian untuk memilih, berpihak pada kebenaran yang diyakini, dan siap menanggung konsekuensi dari pilihan tersebut. Dalam ranah kepemimpinan, independensi berarti memilih dengan kesadaran dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang benar.

Kesimpulannya, Wayan Suyadnya menegaskan bahwa air yang terus-menerus netral akan mudah diwarnai siapa saja, namun api yang independen akan selalu memberi terang, meski cahayanya kadang menyakitkan mata yang enggan melihat kebenaran.

Editor: Rudi.

.

Bagikan: