Warga Sekitar Danau Buyan Geger Munculnya Puluhan Ular Piton

 Warga Sekitar Danau Buyan Geger Munculnya Puluhan Ular Piton

Foto: Warga tangkap puluhan ular piton

Buleleng, Letternews.net Warga Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, masih dihantui rasa takut setelah kemunculan puluhan ular piton yang menyebar hingga ke area permukiman, ladang, dan seputaran Danau Buyan. Dugaan bahwa ular-ular tersebut dilepasliarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali tanpa sosialisasi sempat menyeruak, memicu amarah warga.

BACA JUGA:  Sudah Tak Ada Hak BPN Bali Usul Jangan Abaikan PT SBH di Tanah Buyan

Ketut Sumerta (35) dan Kadek Edi Setiawan (30), dua warga yang kerap memancing dan menyabit rumput di sekitar danau, mengaku telah menemukan lebih dari 20 ular dalam sebulan terakhir, dengan sekitar 15 di antaranya ditemukan mati karena suhu dingin yang tak cocok bagi spesies piton.

“Kami temukan hampir 15 ekor ular piton mati di sekitar danau. Ini bukan habitat mereka. Dataran tinggi dan suhu dingin seperti di sini tidak cocok untuk ular piton,”

Nada lebih tegas disampaikan Ketut Budiastika (40), yang menuding pelepasan dilakukan diam-diam oleh pihak konservasi.

“Ini jelas bukan habitat ular piton. Yang kami sesalkan, pelepasan ular ini dilakukan tanpa sosialisasi ke warga. Sekarang kami yang kena getahnya,”

Namun, pihak BKSDA Bali membantah keras tudingan tersebut. Sumarsono, SE, MM., Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bali, menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah melakukan pelepasan ular di area Danau Buyan.

“Salah Pak. Kita rilis monyet dan ular hanya di Cagar Alam Batukaru yang berbatasan dengan Hutan Lindung milik Provinsi, bukan dengan kebun warga,”

Menurutnya, Danau Buyan adalah kawasan publik yang justru dikelola untuk mendatangkan wisatawan, sehingga tidak mungkin dilepaskan satwa liar yang berbahaya di wilayah tersebut.

“Danau Buyan itu area publik, kita jual karcis di situ. Kita ingin pengunjung banyak, jadi tidak mungkin kita rilis ular, apalagi kobra di situ,”

Ia menjelaskan bahwa Danau Buyan memang merupakan habitat alami bagi berbagai jenis ular sejak lama. Namun, perubahan fungsi lahan menjadi kebun dan menurunnya populasi predator alami seperti elang dan burung hantu diduga menyebabkan lonjakan populasi ular di kawasan itu.

“Buyan memang sejak dulu habitat ular. Tapi karena habitatnya sudah jadi kebun, dan predatornya makin sedikit, jadi populasi ular tambah banyak,”

Menanggapi laporan warga, pihak BKSDA Bali menyatakan akan segera melakukan klarifikasi lapangan dan menelusuri lebih lanjut informasi kemunculan ular tersebut.

“Kami akan klarifikasi dengan warga yang menemukan ular. Betul atau tidak berita itu? Di mana persisnya lokasi penemuannya? Untuk kita telusuri lebih lanjut,”

Meski BKSDA menyatakan tidak terlibat dalam pelepasan ular di kawasan Danau Buyan, warga tetap mendesak agar ada tindakan nyata untuk menjamin keselamatan mereka serta kejelasan soal asal-usul ular piton yang ditemukan.

BACA JUGA:  Lansia Sudah Bisa Vaksin Booster Dosis Kedua

“Kami minta tindakan segera. Jangan tunggu korban manusia. Dan jangan ulangi hal seperti ini lagi tanpa koordinasi dan kajian yang jelas,” ujar Made Suartana (50), pemerhati lingkungan Danau Buyan.

Ketegangan antara warga dan pihak konservasi ini menunjukkan pentingnya komunikasi, keterbukaan data, dan kajian menyeluruh dalam setiap program konservasi. Harapannya, polemik ini tidak berakhir pada saling lempar tanggung jawab, tetapi menjadi pelajaran dalam pelestarian yang berkelanjutan dan tidak membahayakan keselamatan publik.

Editor: Anto.

.

Bagikan: