Unmas Latih Petani Bangli Kelola Bisnis Pertanian, Tingkatkan Keterampilan Kewirausahaan

BANGLI, Letternews.net – Petani di Desa Bunutin, Kabupaten Bangli, kini tidak hanya fokus bercocok tanam. Berkat program pendampingan dari Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar, mereka mulai mengelola usaha tani dengan pendekatan bisnis modern. Program ini digagas oleh Program Studi Agribisnis dan bertujuan mengubah pola pikir petani dari sekadar “bekerja di ladang” menjadi “mengelola bisnis pertanian.”
Tim dosen yang dipimpin oleh Ir. I Made Budiasa, M.Agb., bersama Prof. Dr. Ir. I Ketut Arnawa, M.P., dan Prof. Dr. Ir. Ni G. A. Gede Eka Martiningsih, M.Si., memfasilitasi para petani dengan keterampilan manajerial. Pelatihan ini mengajarkan petani cara membuat rencana bisnis, mencatat keuangan, menganalisis untung-rugi, dan mengembangkan strategi pemasaran. Program ini secara khusus menargetkan para petani ikan dan pertanian yang belum mengelola usaha mereka secara efisien dan berkelanjutan.
“Kami ingin menggeser pola pikir petani dari sekadar ‘bekerja di ladang’ menjadi ‘mengelola bisnis pertanian.’ Ini penting untuk meningkatkan pendapatan dan daya saing mereka,” kata Ir. Budiasa.
Peningkatan Keterampilan dan Transformasi Bisnis
Kegiatan ini dilaksanakan secara terpadu melalui pelatihan kelompok, klinik bisnis, dan kunjungan lapangan. Petani diajarkan cara menyusun rencana bisnis sederhana, mencatat arus kas, menghitung titik impas (break-even point), dan menganalisis rasio keuntungan (R/C Ratio).
Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan. Pemahaman peserta meningkat dari 65% menjadi 76,5%, sementara keterampilan teknis melonjak dari 50% menjadi 80%. Para petani juga diberikan buku kas sederhana dan dilatih untuk memisahkan keuangan usaha dari keuangan pribadi, langkah kecil namun vital untuk membangun usaha tani yang sehat secara finansial.
“Pendekatan kami tidak hanya teknis, tetapi juga menyentuh aspek kelembagaan dan pemasaran. Tujuannya agar petani benar-benar siap menghadapi dinamika pasar dan risiko bisnis,” tambah Prof. Dr. I Ketut Arnawa.
Model pemberdayaan ini menunjukkan bahwa transformasi pertanian dari hulu ke hilir bukanlah sekadar konsep, melainkan sesuatu yang nyata—dan dimulai dari desa.
Editor: Rudi.