Unmas Denpasar Ajari Petani Bangli Olah Limbah Air Kolam Ikan Menjadi Pupuk Cair Organik

 Unmas Denpasar Ajari Petani Bangli Olah Limbah Air Kolam Ikan Menjadi Pupuk Cair Organik

Foto: Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Unggulan Prodi Agribisnis, sukses melatih petani mengolah limbah air kolam ikan menjadi pupuk cair organik.

 

BANGLI, Letternews.net – Petani di Desa Bunutin, Kecamatan Bangli, kini memiliki solusi hemat biaya dan ramah lingkungan untuk kebutuhan pupuk tanaman. Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Unggulan Prodi Agribisnis, sukses melatih petani mengolah limbah air kolam ikan menjadi pupuk cair organik.

BACA JUGA:  Unmas Denpasar Kenalkan Teknologi Biochar untuk Pertanian Berkelanjutan di Desa Taman Bali

Teknologi tepat guna ini dipimpin oleh Ni Putu Anglila Amaral, S.P., M.M.A., Dr. drh. Nyoman Yudiarini, S.K.H., M.Agb. dan Ir. I Made Suryana, M.Si Tim Unmas menjelaskan bahwa limbah dari budidaya ikan seperti lele dan nila kaya akan nutrisi penting.

“Air kolam budidaya ikan seperti lele dan nila mengandung nutrien penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang jika difermentasi dengan benar, bisa menjadi pupuk cair organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman,” ujar Amaral.

BACA JUGA:  Kunjungan DPR RI: Pasha Ungu Kagum Karakter Ramah Gubernur Koster, Persembahkan Lagu "Demi Waktu"

Proses Fermentasi Sederhana dan Hasil Memuaskan

Dalam pelatihan, petani diajarkan proses pembuatan pupuk cair yang sederhana, meliputi penyaringan air kolam, pencampuran dengan molase dan EM4, serta fermentasi selama 7–14 hari dalam wadah tertutup. Pupuk cair yang dihasilkan langsung diuji coba pada tanaman seperti tomat dan cabai.

Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman petani. Sebanyak 76% peserta kini menyatakan sangat paham dan tertarik menerapkan teknologi ini, naik drastis dari 24% sebelumnya. Kemampuan teknis masyarakat dalam membuat dan mengaplikasikan pupuk cair juga meningkat hingga mencapai kategori “sangat baik”.

BACA JUGA:  Kenali, Ini Gejala Omicron

“Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tapi juga mendorong kemandirian petani dan memperkuat ketahanan pangan lokal,” terang Dr. drh. Nyoman Yudiarini, menekankan kontribusi program terhadap pertanian terpadu yang berkelanjutan.

Editor: Rudi.

.

Bagikan: