Tim PKM Kolaborasi Warmadewa – Timor Leste Kembangkan Wisata Kristo Rei
Tumpek Landep Mengasah Ketajaman Pikir
Letternews.id — Meraup sebanyak apapun Ilmu pengetahuan diturunkan saat hari Saraswati, tidak akan memberikan arti apapun itu, apabila manusia tidak ditajamkan kecerdasannya untuk menyerap semua ilmu dan pengetahuan itu dgn baik dan berguna. Itulah makna kedua hari raya itu selalu berhubungan.
Ida Jro Satya Dhama menjelaskan makna dari Tumpek Landep adalah upacara yang ditujukan kepada Ida Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Pasupati, yaitu pemberi ketajaman pikiran dan ketajaman pengetahuan umatnya.
Oleh karena itu keris dipakai sebagai simbol atau lambang ketajaman. “sesungguhnya ketajaman yang dimaksud adalah ketajaman pikiran dan ketajaman Jnana,” jelas ida jro.
Tumpek landep berkaitan sangat erat dengan Saraswati yaitu turunnya ilmu pengetahuan. Ketajaman Jnana erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan.
“Wujud yang kita lihat dan rasakan dari sebuah keris adalah tajam dan dibuat dari logam, salah satunya adalah besi. Tetapi banyak pemikiran yang salah dalam masyarakat, ketika segala sesuatu yang dibuat dari besi dihubungkan dengan ketajaman,” jelas ida jro.
Dengan berkembanganya zaman, seperti kendaraam mobil, motor, hingga hal lainnya yg mempunyai unsur besi dihubungkan dengan ketajaman dalam artian tajam untuk melakukan atau hal hal yang berhubungan dengan materi atau material.
“Hal Ini sering menyebabkan salah persepsi dan salah pemaknaan bahwa Tumpek Landep sebagai otonan besi, hal tersebuttifak benar, karena seharusnya Tumpek Landep mempunyai makna piodalan Ida Sanghyang Pasupati sebagai dewa pemberi ketajaman pikiran, ketajaman mengolah pengetahuan dan ketajaman intelektual kita, ” jelas ida jro.
Ida Jro Satya Dhama dari Pasraman Isyana Vishnu Vardhana – Malang menjabarkan
Bahwa “Tumpek Landep adalah hari suci Agama Hindu yang diperingati umat Hindu setiap 6 bulan sekali atau setiap 210 hari sekali, sehingga dalam perhitungan kalender Bali, dalam satu tahun dirayakan dua kali, yaitu setiap hari Sabtu Kliwon wuku Landep,” sebutnya.
Ketika kita melihat dari perputaran hari suci tumpek, maka Tumpek Landep ini dapat dikatakan perputaran pertama dari sekian hari suci tumpek-tumpek yang ada.
Arti Tumpek dari kata ‘tumampek’ atau ‘tampa’ yang artinya turun dan menjadi tumpek bermakna dekat.
Dengan maksud kita sebagai mahkluk ciptaan Nya lebih mendekatkan diri dengan memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam memohon anugerah-Nya.
Sedangkan Kata Landep artinya tajam atau runcing.Benda-benda yang tajam biasanya dianalogikan dengan senjata seperti keris, tombak, pedang, pisau dan benda-benda lain yang terbuat dari logam.
Bahkan kini termasuk peralatan rumah tangga, hingga sepeda motor, mobil dan lain-lain.
Fenomena ini sekarang lebih meluas, yang bisa membantu umat manusia memudahkan melakukan pekerjaan dengan alat-alat itu sendiri.
Banyak pemikiran serta persepsi “Apakah ada kaitannya dengan odalan besi? ya karena seiring perkembangan zaman maknanya telah bergeser juga ke alat-alat yang dibuat dari logam,” jelas beliau.
Tetapi bukan ngodalin benda-benda itu. Semua Umat Hindu meyakini bahwa Tumpek Landep adalah memuja kebesaran/keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati atau sebagai dewanya senjata/peralatan yang digunakan.
Yang harus di lakukam Dalam hal ini menghaturkan sesajen atau upakara sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas karunia-Nya telah menganugerahkan kemakmuran dan kesejahteraan melalui ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Yang akan mempermudah kehidupan umat Hindu dalam mencapai kebahagian lahir batin berlandaskan ajaran dharma (ajaran agama Hindu).
Di dalam Lontar Sundarigama juga dinyatakan bahwa kata tumpek dari kata “tampa”yang artinya turun, maksudnya adalah turun kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Esa ke dunia berupa ilmu pengetahuan.
Sehingga “Makanya Tumpek Landep berkaitan erat dengan hari suci Sang Hyang Aji Saraswati sebagai dewanya Veda dan ilmu pengetahuan,” kata bhawati asli malang ini.
Arti Kata Landep juga artinya tajam. Tajam yang dimaksud adalah mengusahakan ketajaman pikiran berdasarkan anugerah ilmu pengetahuan yang telah diturunkan oleh-Nya.
Sebenar- benarnya Ilmu pengetahuan lah yang akan membuat pikiran itu tajam,cerdas dan pintar.
Tumpek Landep bermakna secara spesifik adalah menerima kekuatan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan yang Maha Esa dalam bentuk ketajaman pikiran, kekuatan pikiran, dan kecerdasan pikiran sehingga umat manusia bisa mengarungi kehidupan berdasarkan kemampuan pengetahuan berlandaskan kebenaran.
Menilik secara filosofi, umat Hindu merayakan hari Suci Tumpek Landep ini adalah merupakan ungkapan rasa syukur , rasa terima kasih kepada karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa dalam manifestasinya Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati (dewanya senjata yang berupa logam).
Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan ‘wiweka lan winaya’ memberikan kepandaian, kecerdasan dan pikiran yang tajam serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia sehingga mampu menciptakan berbagai benda untuk memudahkan hidup, termasuk teknologi.
Perlu di garis bawahi “Dalam hal ini bukan memuja benda-benda itu tetapi memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam prabhawanya Sang Hyang Pasupati,” tegasnya.
Makna dan Kesimpulannya bahwa dalam perayaan hari suci Tumpek Landep adalah umat merayakannya karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan ilmu pengetahuan sehingga manusia memperoleh ketajaman pikiran,cerdas dan pandai.
Inilah yang dirayakan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketika benda-benda yang dihasilkan karena ketinggian kemampuan umat manusia diupacarai dengan sesajen adalah sebagai simbol-simbol dalam mengekpresikan rasa syukur dan rasa terima kasih kepada-Nya.
Semua Umat Hindu setelah menghaturkan upakara di pelangkiran, sanggah, merajan atau pura lalu menghaturkan upakara pada benda-benda tadi seperti keris, tombak, pedang , mobil, sepeda motor, dan peralatan lainnya dengan canang “asebit sari”atau “saka sidan” sesuai kemampuan.
Bentuk dari rasa keyakinan kepada keagungan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dengan prinsip umat jangan lupa natab upakara tersebut dengan sesajen atau upakara yang diyakini karena telah menerima anugerah ketajaman pikiran dari-Nya,” jelasnya.
Diawali umat natab baru kita mengupacari semua benda-benda tadi itu ‘ditepung tawari’ dan diperciki tirta pasupati yang sudah dimohonkan di sanggah atau pura masing-masing.
Ditulis Oleh: Ayu Ramona