Sosok Wartawan Idealis dan Tokoh Pemerhati Subak Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia Tutup Usia

 Sosok Wartawan Idealis dan Tokoh Pemerhati Subak Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia Tutup Usia

Foto: Almarhum Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia

Letternews.net — Kabar duka datang dari Keluarga Besar Gugus Kebangsaan (GK) Bali, Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) dan Media Siber Atnews anggota Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bali yang mengabarkan sosok wartawan idealis, pendidik yang nasionalis, dan tokoh pemerhati subak Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU meninggal dunia karena sakit didiagnosa ada cairan di paru-paru di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dini hari, Sabtu (1/3/2023)

BACA JUGA:  Wisatawan Terseret Arus Ditemukan Meninggal

Windia saat menyelesaikan S-1 menjadi wartawan Harian Nusa Tenggara (Nusa Bali), kemudian menjadi wartawan Harian KAMI, Sinar Harapan, dan Suara Pembaruan (hingga pensiun).

Ayah dua putra-putri itu menyandang gelar guru besar tahun 2008 hingga sekarang masih aktif menulis opini dan konsultan di Mingguan Suara Rakyat, Denpasar.

Tatkala diangkat menjadi asisten dosen tahun 1975 dan kemudian menjadi dosen tahun 1977, tetap melanjutkan perannya sebagai wartawan hingga pensiun di Harian Suara Pembaruan (Jakarta) tahun 2002 (umur 56 tahun pada waktu itu).

Prof Windia dikenal sebagai tokoh sederhana dan memegang teguh prinsip dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan serta memperjuangkan agar budaya subak sebagai kebudayaan Bali tetap lestari.

“Kenangan dengan beliau begitu banyak, khususnya dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan untuk mendukung kebutuhan NKRI dalam menghadapi persaingan global yang semakin berat,” ungkap Ketua Umum Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) yang juga Panglingsir Puri Puncak Bangsal dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, SpA (K) ketika melayat ke RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Sabtu (1/3/2023)

BACA JUGA:  Profesor Unud Ditemukan Tewas Gantung Diri

Ia didampingi Ketua Harian MPB yang juga Pemimpin Redaksi Atnews, Direktur Utama Atnews Wayan Artaya turut mengucapkan belasungkawa yang mendalam, diharapkan keluarga besar Prof Windia bisa tabah.

Baru saja Prof Windia berhasil menerbitkan buku bersama MPB yakni sebuah buku tentang Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), edisi kedua. Judulnya: Bangsal Dalam Kenangan Revolusi dan Perang Kemerdekaan di Bali. Dengan sub-judul: Menuju Satu Abad Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) serta Buku Menwa.

Almarhum adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar dari Tahun 2020 yang menggantikan Dr. I Nengah Merta.

Pelantikan itu dilaksanakan serangkaian Perayaan Hari Ulang Tahun ke-69 Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) Bali, ke-35 Stispol Wira Bhakti, ke-11 SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar .

Prof Windia kelahiran Sukawati, Kabupaten Gianyar, 15 Desember 1949 itu adalah Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana seorang sosok yang sudah banyak makan “asam-garam” dalam dunia wartawan dan dosen.

Selama ini telah memiliki kiprah dalam melestarikan budaya luhur Bali mengenai subak.

BACA JUGA:  14 Pesawat Garuda untuk Angkut Jemaah Haji

Prof Windia juga sebagai Ketua Penelitian Subak Univ. Udayana, bahkan sebagai Sekretaris Tim Penyusunan Proposal Warisan Budaya Dunia (WBD) Subak di Bali yang telah diputuskan UNESCO.

Saat ini masih aktif sebagai Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Bali, Sekretaris Umum Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), pernah menjabat Dewan Pakar INTI Bali dan Ketua Dewan Redaksi Atnews, termasuk pendiri INTI Bali dan INTI Klub Bali Sehat (IKBS).

Suami dari Gusti Ayu Mandriwati, mantan dosen senior jurusan kebidanan, Poltekkes, Denpasar itu tidak serta merta meraih kesuksesan, namun merangkak dari bawah, hasil kerja keras atas perjuangannya.

Putra dari almarhum Made Sanggra, seorang sastrawan Bali modern, pasangan Ni Made Yarti itu ketika masih duduk di SMAN Gianyar, merangkap sebagai pengantar (loper) koran.

Demikian pula ketika kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Udayana merangkap menjadi pesuruh dan guru honorer di Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) Negeri Gianyar.

BACA JUGA:  Pelaku Asusila Anak Kandung Terancam Pasal Berlapis

Prof Windia, ayah dari Putu Gde Ariastita, dosen Jurusan Planologi, ITS Surabaya dan Ni Made Elviani, psikolog, bertugas di Bandung juga aktif dalam organisasi sosial itu pernah menjadi anggota DPR-RI dari Fraksi Golkar tahun 1977.

Sederetan jabatan sosial yang pernah diembannya antara lain Ketua Pemuda Panca Marga Bali, Wakil Sekjen Pemuda Panca Marga Pusat. Ketua Bidang Pemuda dan Cendekiawan, DPD Golkar Bali.

Bahkan sempat mengemban kepercayaan sebagai Wakil Ketua PWI Bali, dan Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Udayana.

Semua tugas dan tanggung jawab yang diembannya itu dapat dilaksanakan dengan baik, atas dasar kerja keras, dedikasi dan pengabdian yang tinggi.

Windia, putra salah seorang veteran pejuang kemerdekaan RI itu meskipun kesibukannya sangat padat dalam menyelesaikan program strata dua (S-2) di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta keluar sebagai lulusan terbaik.

Demikian pula pascasarjana (S-3) di UGM berhasil meraih gelar doktor tahun 2003 dengan predikat sangat baik dan lima tahun kemudian (2008) menyandang gelar guru besar.

Windia yang senantiasa memimpin mahasiswa dan dosen untuk mengadakan penelitian tentang Subak di Bali sejak awal telah mengingatkan, agar Pemerintah Provinsi Bali maupun Pemkab dan Pemkot menetapkan adanya sawah abadi.

BACA JUGA:  Kapolda Bali Ajak Masyarakat Pesinggahan Wujudkan Kamtibmas Kondusif Bersama

Upaya itu untuk menjaga kesinambungan lahan pertanian dan mempertahankan swasembada pangan, mengingat lahan pertanian di Bali belakangan ini semakin terdesak akibat alih fungsi lahan pertanian yang tidak bisa dihindari.

Alih fungsi lahan yang setiap tahunnya mencapai rata-rata 1.000 hektare selama lima tahun terakhir, kini membuahkan hasil dengan adanya pengakuan UNESCO untuk menetapkan Subak menjadi warisan budaya dunia (WBD).

UNESCO menetapkan kawasan Jatiluwih Catur Angga Batukaru, Kabupaten Tabanan, Pura Taman Ayun Mengwi, Kabupaten Badung, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli, sebagai satu kesatuan dalam penetapan WBD.  (LN/HUM)

.

Bagikan: