Pasca-Reshuffle, Analis Asing Soroti Potensi Risiko Fiskal di Bawah Menkeu Purbaya

 Pasca-Reshuffle, Analis Asing Soroti Potensi Risiko Fiskal di Bawah Menkeu Purbaya

Foto: Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto

JAKARTA, Letternews.net – Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto menjadi sorotan tajam bagi sejumlah analis luar negeri. Mereka menyoroti kekhawatiran terkait dampak dan prospek ekonomi Indonesia ke depan, terutama terkait kebijakan fiskal.

Dalam laporan Reuters, analis Jason Tuvey dari Capital Economics mengungkapkan keprihatinannya bahwa pergantian ini dapat menyebabkan pelonggaran aturan fiskal dan peningkatan tekanan pada Bank Indonesia untuk mendukung agenda pemerintah. Tuvey juga mencatat pandangan ekonomi Purbaya yang belum jelas, serta risiko bahwa ia akan lebih patuh pada keinginan presiden.

BACA JUGA:  Kabinet Indonesia Maju di Reshuffle, Presiden Lantik Dua Menteri dan Tiga Wakil Menteri

Tantangan Pendanaan dan Kekhawatiran Investor

Analis dari Natixis, Trinh Nguyen, menyoroti tantangan besar yang menanti menteri baru, khususnya terkait pendanaan program makan siang gratis. Sebelumnya, Sri Mulyani berhasil mengelola anggaran ini dengan memotong pengeluaran lain secara agresif. Nguyen mempertanyakan bagaimana Purbaya akan membiayai program tersebut, ditambah dengan rencana peningkatan belanja pertahanan, tanpa menciptakan defisit anggaran yang lebih besar—sebuah kekhawatiran utama bagi investor.

Sementara itu, Saktiandi Supaat dari Maybank mencatat reaksi tajam pada nilai tukar rupiah pasca-pengumuman reshuffle. Ia menekankan bahwa ada kekhawatiran yang signifikan di pasar terkait kebijakan fiskal di masa depan. Menurutnya, tugas Purbaya sangat berat mengingat reputasi internasional yang dimiliki Sri Mulyani.

BACA JUGA:  Jelang Lengser, Presiden Jokowi Reshuffle Kabinet

Akhir Era Kredibilitas Fiskal?

Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan oleh analis dari SGMC Capital, Mohit Mirpuri, yang menyebut kepergian Sri Mulyani sebagai “akhir dari era kredibilitas fiskal” di Indonesia. Menurutnya, hal ini mengakhiri periode di mana kebijakan fiskal negara memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di mata pelaku pasar global.

Senada dengan Mirpuri, Ryota Abe dari SMBC (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) percaya bahwa hengkangnya Sri Mulyani akan menyebabkan kerusakan signifikan pada posisi fiskal Indonesia dan kepercayaan investor global dalam jangka pendek. Ia bahkan mengantisipasi perlunya Bank Indonesia untuk melakukan intervensi guna mencegah Rupiah jatuh lebih dalam.

Para analis ini sepakat bahwa pasar kini menantikan pernyataan resmi dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk mendapatkan kejelasan arah kebijakan fiskal ke depannya.

Editor: Rudi.

.

Bagikan: