Replik Jaksa Dinilai Blunder, Kuasa Hukum Ngurah Oka Siap Ajukan Duplik
Investasi Properti di Bali Berujung Penculikan dan Penipuan, Warga Asing Jadi Korban

Bali, Letternews.net — Janji keuntungan cepat dari investasi properti di Bali berubah menjadi mimpi buruk bagi sekelompok investor asing, terutama dari Rusia. Kasus ini mencuat setelah laporan penipuan, penyiksaan, hingga dugaan penculikan menyeruak ke publik, seperti dilansir dari situs VC.ru.
Kisah bermula pada akhir 2023, saat seorang makelar bernama Anatoly Cheremnykh merekrut investor untuk terlibat dalam proyek jual beli properti jangka pendek di Bali. Proyek ini dikelola melalui PT Industri Vertikal Indonesia (PT.IVI), sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh pasangan Aron Geller dan Roxanne Geller.
Proyek perdana bertajuk “Just Residence” sempat berjalan lancar, dengan skema pembelian dan penjualan ulang apartemen dalam jangka waktu 2–4 bulan. Keberhasilan awal ini memancing kepercayaan lebih besar dari para investor. Geller kemudian mengajukan proyek lanjutan yang lebih ambisius: pembelian lahan seluas 6,3 hektare di kawasan Pecatu Graha. Untuk memulai negosiasi, Geller meminta deposito sebesar 500.000 dolar AS—dengan janji akan dikembalikan jika transaksi tidak terlaksana.
Proyek ini diperkuat dengan pendirian perusahaan baru oleh Geller dan istrinya, yang juga aktif dalam pertemuan dan negosiasi. Pasangan ini bahkan mengklaim memiliki hubungan dekat dengan lingkaran istana kepresidenan di Indonesia. Namun, negosiasi mulai mandek dan menimbulkan kecurigaan. Tidak ada kejelasan tindak lanjut, sementara dana investor terus mengalir.
Pada awal 2024, Geller—yang diketahui sebelumnya bernama Armen Ananyan—meluncurkan proyek baru bertajuk “Karma Residence”. Ia menawarkan skema yang sangat menarik: pembayaran uang muka ringan, potongan harga besar, dan tenggat pembayaran yang ditangguhkan selama satu tahun. Untuk menghindari pajak, Geller mendorong investor untuk mengirim dana menggunakan mata uang kripto USDT TRC-20. Dalam waktu singkat, beberapa juta dolar AS pun ditransfer ke dompet digital.
Tak lama kemudian, Geller mengklaim bahwa rekan bisnisnya sekaligus direktur keuangan, Nikolai Melnik, menghilang sambil membawa uang investor. Ia sempat meminta para investor menunggu, namun kemudian mulai lepas tangan dengan alasan proyek bukan lagi tanggung jawabnya. Ia bahkan menawarkan pengalihan proyek dengan kompensasi sebagian.
Konflik memuncak pada 18 Juli 2024, ketika seorang investor bernama Stanislav bersama rekannya mengunjungi lokasi proyek Just Residence untuk menemui Geller. Di sana, mereka justru dihadang oleh sekelompok pria bertopeng dan bersenjata. Keduanya mengalami penganiayaan dan penyiksaan fisik, serta dipaksa mentransfer dana dalam jumlah besar sambil diancam akan dibunuh. Salah satu ponsel korban dicuri dan digunakan pelaku untuk menguras 223.000 USDT dari dompet digital.
Setelah kejadian, korban sempat kembali ke Bali untuk menyelesaikan urusan secara hukum. Aron Geller akhirnya menandatangani dokumen fisik atas penjualan unit Karma Residence serta kwitansi penerimaan dana 500.000 dolar, yang sebelumnya hanya dalam bentuk elektronik. Namun, hingga kini ia belum memenuhi janjinya untuk mengembalikan uang maupun mentransfer hak atas proyek.
Pertemuan terakhir antara investor dan Geller berlangsung pada Oktober 2024, di mana Geller di hadapan saksi kembali menjanjikan penyelesaian. Namun, menurut Stanislav, tidak ada satu pun komitmen yang dipenuhi sejak saat itu.
Sejumlah korban kini telah melaporkan kasus ini ke penegak hukum Federasi Rusia, sementara nama-nama yang terlibat mulai dipantau oleh komunitas investor internasional. Kasus ini memunculkan sorotan tajam terhadap praktik investasi di sektor properti Bali, serta urgensi pengawasan terhadap peredaran dana kripto lintas negara.
Editor: Tim.