Digandeng AIPI, Fisip Unwar Gelar Seminar Nasional bertajuk Meneguhkan Persatuan melalui Pemilu dan Kaji Ulang UUD NRI 1945: Sebuah Diskursus Kritis

 Digandeng AIPI, Fisip Unwar Gelar Seminar Nasional bertajuk Meneguhkan Persatuan melalui Pemilu dan Kaji Ulang UUD NRI 1945: Sebuah Diskursus Kritis

Foto: Seminar Nasional bertajuk “Meneguhkan Persatuan melalui Pemilu dan Kaji Ulang UUD NRI 1945: Sebuah Diskursus Kritis”, di Aula Sri Ajna Dewi Gedung G2 Fakultas Teknik dan perencanaan Unwar

Denpasar, Letternews.net Universitas Warmadewa (warmadewa.ac.id) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unwar berkolaborasi dengan Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Meneguhkan Persatuan melalui Pemilu dan Kaji Ulang UUD NRI 1945: Sebuah Diskursus Kritis”, di Aula Sri Ajna Dewi Gedung G2 Fakultas Teknik dan perencanaan Unwar pada Kamis (10/07/2025).

BACA JUGA:  Hal Baru Dalam Pelaksanan Pesta Kesenian Bali XLV Tahun 2023

Seminar menghadirkan Letjen TNI (Purn) Bambang Darmono selaku pembicara kunci yang saat ini menjabat Sekjen Forum Komunikasi dan Konsultasi Konstitusi (FOKO). Selain itu, narasumber dalam seminar kali ini ialah Dr. H Alfitra Salam, APU (Ketua Umum AIPI Pusat), Prof. Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si (Guru Besar FISIP Unwar), Reni Suwarsco, Ph.D (Dosen UI), dan I Dewa Agung Gede Lidartawan, S.TP., M.P. (Ketua KPU Provinsi Bali). Sementara jalannya diskusi dipandu oleh moderator Drs. I Nyoman Wiratmaja, M.Si., akademisi FISIP Unwar.

Ketua Panitia, I Putu Hadi Pradnyana, S.IP., M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya bersifat seremonial, melainkan diharapkan dapat menghasilkan masukan substantif terkait perbaikan sistem pemilu di Indonesia.

BACA JUGA:  138  Alumni FP Unwar dari Berbagai Angkatan Hadiri Temu Alumni Fakultas Pertanian

“Kami melihat bahwa Pemilu 2024 secara prosedural memang berjalan efektif. Tapi di balik itu ada sejumlah catatan kritis, mulai dari soal pendanaan, transparansi, hingga inklusivitas. Itulah yang kami kaji secara lebih dalam,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa seminar ini dilanjutkan dengan breakout session ke dalam empat panel diskusi tematik. Panel-panel ini membahas empat isu strategis, yakni transparansi pemilu, pendanaan politik, reformasi konstitusi, dan isu inklusivitas serta keamanan pemilu. Tujuannya, agar peserta dapat mengeksplorasi isu-isu tersebut dengan lebih fokus dan menghasilkan output yang konkret serta dapat direkomendasikan kepada pemangku kebijakan.

Sementara itu, Rektor Unwar, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Wakil Rektor BKKM, Dr. I Nyoman Sujana, S.H., M.Hum., menegaskan bahwa Universitas Warmadewa sangat terbuka terhadap kegiatan-kegiatan kebangsaan semacam ini. Ia menyebut kehadiran para pakar dari berbagai latar belakang sebagai sinyal penting bahwa Warmadewa telah menjadi pusat kajian strategis nasional.

BACA JUGA:  KPK Telisik Aliran Fee Proyek DJKA Kemenhub

“Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 135/PUU-XXII/2024 yang keluar Mei lalu menjadi dasar diskusi penting hari ini. Karena itu mengubah arah pelaksanaan Pemilu 2029. Tidak lagi serentak seperti sebelumnya, tapi dipisah antara pemilu nasional dan pemilu daerah. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk memperbaiki sistem demokrasi kita,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya bermanfaat secara akademis, tetapi juga memperkuat peran Warmadewa dalam menjembatani antara ilmu pengetahuan dan kebijakan publik. Terlebih, posisi Unwar sebagai satu-satunya kampus kebangsaan di Bali menjadi sangat relevan dalam menyuarakan nilai-nilai persatuan dan demokrasi yang berkeadilan.

Dengan latar belakang intelektual, keilmuan, serta keterlibatan lintas lembaga, seminar ini menempatkan Universitas Warmadewa bukan hanya sebagai institusi pendidikan tinggi, tetapi juga sebagai center of excellence dalam diskursus kebangsaan dan demokrasi. Kehadiran para akademisi ternama dan tokoh nasional menandakan pengakuan atas kapasitas Unwar sebagai ruang dialog yang kredibel dan berpengaruh secara nasional.

Lebih jauh, kegiatan ini sekaligus memperlihatkan bagaimana kampus tidak lagi hanya menjadi tempat belajar formal, tetapi juga sebagai pusat pengembangan gagasan strategis yang berdampak pada pembangunan demokrasi bangsa.

Editor: Anto.

.

Bagikan: