Tim PKM Kolaborasi Warmadewa – Timor Leste Kembangkan Wisata Kristo Rei
Antrean hingga 9 Jam Lebih di Gilimanuk
Letternews.id — Arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk terus melonjak. Bersamaan dengan cuti bersama memasuki H-3 Lebaran, Jumat (29/4) terjadi peningkatan yang signifikan pemudik dengan kendaraan mobil pribadi.
Namun untuk peningkatan kendaraan roda dua itu, masih cukup lancar mengalir ke pelabuhan dan tidak sampai memicu antrean panjang. Sejumlah pemudik dengan mobil pribadi yang sempat terkena puncak ekor antrean di areal UPPKB Gilimanuk pada Jumat dinihari terpaksa harus menunggu cukup lama. Para pemudik yang sempat berada di puncak ekor antrean pada dinihari sekitar pukul 03.00 Wita itu diketahui baru sampai ke puncak antrean pemberangkatan di dalam Pelabuhan Gilimanuk memasuki pukul 12.30 Wita.
Jika dihitung sesuai rentang waktu pukul 03.00 hingga pukul 12.30 Wita itu mencapai selama 9,5 jam atau hampir 10 jam. “Tadi sudah kena antrean dari timbangan (UPPKB Gilimanuk). Ngantre dari sekitar jam 3 dinihari (pukul 03.00 Wita),” ujar salah satu pemudik dengan mobil pribadi bernama Mugiyanto,50, saat ditemui menunggu giliran naik kapal di dekat Dermaga Mobile Brigde (MB) I Pelabuhan Gilimanuk, Kamis siang pukul 12.30 Wita kemarin.
Mugiyanto yang mudik dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menuju Trenggalek, Jawa Timur ini mengatakan sebelumnya sengaja memilih jalur menuju Gilimanuk dengan melewati jalur dari arah Singaraja, Buleleng. Tujuannya agar lebih lancar. Namun begitu sampai di Gilimanuk masih harus terjebak antrean.
“Lebih sepi dari jalur Singaraja (Buleleng). Makanya tadi berangkat dari Pelabuhan Padangbai sekitar jam 12 malam (24.00 Wita), sudah sampai Gilimanuk sekitar jam 3 dinihari (03.00 Wita),” ucapnya. Selain lonjakan pada malam hari, saat memasuki Jumat siang hingga malam kemarin, arus mudik tampak cukup ramai di Pelabuhan Gilimanuk. Jika sebelumnya situasi di pelabuhan sudah agak lengang pada siang hari, kemarin masih tampak terjadi antrean mobil pribadi di dalam areal pelabuhan. Sama halnya di sejumlah gang jalan yang dijadikan jalur khusus kendaraan roda dua dan mobil pribadi menuju Gilimanuk terpantau padat.
Sementara berdasarkan data selama 24 jam per Kamis (28/4) pukul 08.00 Wita hingga Jumat (29/4) pukul 08.00 Wita, diketahui ada sebanyak 45.844 orang penumpang dengan sebanyak 15.263 unit kendaraan yang telah menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Total 15.263 kendaraan itu terdiri dari 9.267 unit kendaraan roda dua dan 5.996 unit kendaraan roda empat.
Jumlah penumpang yang keluar Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk kembali melonjak dibanding sehari sebelumnya. Di mana per Rabu (27/4) pukul 08.00 Wita hingga Kamis (29/4) pukul 08.00 Wita, tercatat sebanyak 30.208 orang penumpang dengan 4.186 unit kendaraan roda dua dan 4.989 unit kendaraan roda empat yang menyebrang dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang.
General Manager (GM) ASDP Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, Hasan Lessy ditemui saat berkunjung ke Pelabuhan Gilimanuk, Jumat kemarin mengatakan peningkatan arus mudik yang masih terjadi Jumat kemarin agak meleset dari prediksi puncak arus mudik yang awalnya diperkirakan terjadi Kamis (28/4). Berkenaan hal tersebut, pihaknya ASDP bersama sejumlah instansi terkait lainnya telah berkoordinasi untuk berusaha memaksimalkan penguraian arus mudik.
Sesuai hasil koordinasi, sambung Hasan Lessy, ada kesepakatan untuk mempercepat waktu bongkar muat kapal yang normalnya 45 menit, dipercepat menjadi 32 menit. “Kalau kapal yang beroperasi masih tetap 28 kapal. Sementara ini, kita percepat waktu bongkar muat,” ujar Hasan Lessy didampingi Koordinator Satuan Pelabuhan (Satpel) Gilimanuk, I Nyoman Sastrawan.
Menurut Hasan Lessy, ada 3 pola yang dipersiapkan menyesuaikan kondisi di lapangan. Pertama ketika kondisi normal, ada pola normal dengan mengoperasikan 28 kapal dan waktu bongkar muat kapal selama 45 menit. Kedua ketika kondisi padat, bisa dilakukan penambahan trip dan atau percepatan waktu bongkar muat kapal. Sedangkan ketika kondisi sangat padat, bisa dilakukan penambahan kapal yang beroperasi dan atau pola bongkar muat penuh.
“Sementara ini masih tergolong padat. Untuk memperlancar penyeberangan, saya juga mengimbau kepada pengguna jasa harus menyiapkan tiket dan mempersiapkan syarat pelaku perjalanan. Sehingga sampai pelabuhan bisa segera terlayani,” ucap Hasan Lessy.
Hasan Lessy menjelaskan, sesuai dengan sistem yang telah diterapkan ASDP, untuk pembelian tiket penyeberangan wajib dilakukan secara online. Dalam masa arus mudik ini, dirinya menyatakan tidak ada masa berlaku tertentu untuk tiket penyeberangan yang dibeli secara online. Berbeda dengan aturan hari biasa. Di mana tiket yang dibeli secara online bisa dinyatakan hangus ketika calon penumpang tidak melakukan check in maksimal 1 jam sebelum jadwal keberangkatan.
“Persyaratan (masa belaku tiket) masih ada. Tetapi kalau kondisi saat ini, sudah ada kesepakatan, tiket tidak hangus. Ini kita belakangan selama masa angkutan lebaran. Dan nanti kalau sudah selesai, kita berlakukan normal kembali,” ujar Hasan Lessy.
Sementara Tim SAR gabungan Kabupaten Jembrana masih melakukan pencarian terhadap Hermanto, 41, warga Banjar Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, seorang pemudik yang jatuh dan hilang tenggelam dengan menaiki jukung di sekitar perairan Selat Bali, Kamis (28/4) lalu. Namun dari pencarian hari kedua pada Jumat (29/4), juga belum ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.
Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan atau SAR Jembrana Dewa Putu Hendri Gunawan mengatakan, dalam pencarian hari kedua kemarin, juga kembali dilakukan pencairan ke laut mulai pagi hingga menjelang petang, namun hasilnya masih nihil. Sementara itu, istri dari korban Hermanto, Irna Aprilia, 34, masih berusaha menunggu kabar terkait hasil pencarian suaminya. Irna yang juga menyaksikan sebagai langsung suaminya jatuh ke laut, sangat berharap suaminya bisa segera ditemukan. “Masih menunggu kabar. Mudah-mudahan cepat ditemukan,” ujar Irna saat di rumah duka di Pengambengan, Jumat kemarin.
Irna mengatakan, dirinya tidak ada mendapat firasat buruk terkait musibah yang dialami suaminya itu. Namun dia merasa sempat merasa aneh ketika suaminya memaksa dirinya beserta anak-anaknya untuk mudik dengan menaiki jukung. Mengingat mereka sekeluarga biasanya mudik dengan menumpang bus. “Ya aneh saja suami ngajak mudik naik sampan (jukung). Dibilang biar tidak kena macet di Gilimanuk,” ujarnya.