Tertimpa Pohon Tumbang di Monkey Forest 2 WNA Meninggal Dunia
250 Juta Dana Siap Pakai untuk Penanganan APG Semeru Dari BNPB
Letternews.net — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) sebesar 250 untuk penanganan Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru di Kabupayen Lumajang. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi yang mewakili Kepala BNPB, kepada Bupati Kabupaten Lumajang pada Rabu (7/12) di Pendopo Bupati Kabupaten Lumajang.
Bantuan DSP tersebut diperuntukkan untuk operasional pos komando (posko) penanganan darurat APG Semeru.
“Bantuan ini untuk operasional di posko tanggap darurat, harapannya Lumajang ini segera bangkit dan akan lebih siap dan siaga lagi ke depannya untuk menghadapi bencana,” kata Prasinta.
Dirinya juga menambahkan, setelah tahap tanggap darurat selesai, pemerintah Kabupatan Lumajang dapat kembali berbenah dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
“BNPB akan selalu siap membantu dan mendampingi Pemkab Lumajang untuk melaksanakan program-program kesiapsiagaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam merespon bencana,” tambahnya.
Selain DSP, BNPB juga memberikan bantuan logistik senilai 100 juta untuk penanganan pengungsi warga terdampak APG Semeru.
Hingga Rabu (7 /12), tidak ada laporan korban jiwa meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Bupati Kabupaten Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan pemerintah kabupaten dan masyarakat sudah mengambil pelajaran baik dari kejadian tahun lalu.
“Terima kasih kami sampaikan kepada BNPB yang selalu memberikan perhatiannya kepada kami, mulai dari bencana tahun lalu hingga saat ini, yang hasilnya pada peristiwa APG kemarin tidak menimbulkan korban jiwa,” ucapnya.
Warga dinilai semakin baik dalan merespon peringatan dini dari pemerintah dan petugas di lapangan.
“Alam memberikan pelajaran kepada kami. Kalau dilihat dari dampaknya memang masih ada beberapa yang terdampak parah, namun APG kemarin sudah direspon masyarakat dengan cepat. Masyarakat saat ini sudah tahu harus berbuat apa dan kemana untuk melakukan evakuasi apabila Gunung Semeru kembali erupsi,” jelasnya.
Selain memberikan bantuan, Prasinta juga berkesempatan untuk mengunjungi langsung salah satu pos pengungsian di Pos Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Dirinya memastikan penanganan pengungsi dan bantuan sudah tercukupi bagi para pengungsi.
“Assalamualaikum Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya? Ada yang sakit atau tidak? Sudah makan atau belum?” tanya Prasinta kepada warga mengungsi.
Warga yang sudah mengungsi sejak hari pertama kejadian mengaku merasa nyaman dan aman berada di pengungsian saat ini. Sebagai gambaran, pos pengungsi di Desa Penanggal berada di dalam ruang serbaguna yang baru rampung dibangun.
“Alhamdulillah sehat, sudah makan juga disediakan dari dapur umum,” jawab salah satu pengungsi.
Jumlah warga mengungsi saat ini tersisa 560 jiwa yang tersebar di 10 titik pengungsian. Kebanyakan warga yang masih mengungsi merupakan warga yang rumahnya berada di zona merah.
Selain itu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB juga bertemu dengan para relawan yang bertugas di Posko Desa Penanggal. Dirinya berterima kasih dan mengapresiasi para relawan yang sudah bekerja keras untuk membantu penanganan darurat dari awal hingga hari ini.
Setelahnya, Prasinta juga menyempatkan diri untuk meninjau langsung salah satu desa terdampak paling parah yaitu Desa Kajar Kuning yang berada di Kecamatan Candipuro. Desa tersebut diperkirakan hanya berjarak 15 km dari Gunung Semeru.
Dari hasil pantauan di lapangan, terlihat rumah-rumah dan jalan yang masih tertutup material vulkanik dari Gunung Semeru. Desa tersebut masuk ke dalam Zona Merah atau Kawasan Rawan Bencana III yang berptensi terlanda awan panas.
Meskipun aktivitas vulkanik trennya semakin menurun, hingga hari ini Rabu (7/12) Gunung Semeru masih berstatus Level IV atau awas.
Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 km dari puncak pusat erupsi. Diluar jarak tersebut, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepian sungai karena adanya potensi banjir lahar dingin. (LN/HUM)