Opini: Tukad Bindu, Sungai yang Berubah Menjadi Halaman Depan Kehidupan
Foto: Situasi Tukad Bindu

Denpasar, Letternews.net – Mengunjungi Tukad Bindu di jantung Kota Denpasar kini terasa berbeda. Sungai yang dulunya dianggap sebagai “belakang rumah” kini telah bertransformasi menjadi halaman depan yang dibanggakan. Air yang mengalir bersih, pemandangan yang asri, dan suasana yang tenang menciptakan rasa kagum dan kesegaran bagi siapa pun yang datang.
Tukad Bindu membuktikan bahwa sungai bukan hanya aliran air, melainkan sebuah panorama yang bisa menjadi cermin kesadaran warganya. Transformasi ini tentu tidak mudah. Ia menuntut kerja sama, pengertian, dan kepedulian dari seluruh masyarakat, baik di hulu maupun di hilir.
Dari “Seram” Menjadi “Tenteram”
Ada paradoks menarik yang lahir dari perubahan ini. Dulu, sungai sering dianggap sebagai tempat yang seram dan menakutkan, yang diyakini dihuni oleh makhluk gaib seperti “Tonye” (makhluk halus penunggu sungai). Rasa pusing atau sakit sepulang dari sungai kotor sering dikaitkan dengan gangguan dari makhluk tersebut.
Namun, Tukad Bindu membuktikan sebaliknya. Ketika sungai dirawat dan dijaga kebersihannya, ia tidak lagi menakutkan. Justru, rasa nyaman dan tenteram yang muncul. Ternyata, rasa pusing dan sakit bukan disebabkan oleh Tonye, melainkan oleh kuman dan bakteri dari kotoran yang dibuang sembarangan.
Dengan kondisi yang bersih dan terawat, Tukad Bindu kini menjadi ruang publik yang sehat dan hidup. Warga datang untuk melepas penat dan bahkan menggelar berbagai acara. Sungai yang dulu dianggap masalah, kini menjadi sumber berkah, tempat di mana Tonye “bersahabat” dan memberi ketenangan.
Tukad Bindu adalah bukti nyata bahwa ketika kita merawat dan menjaga lingkungan, keharmonisan akan tercipta. Ini adalah cermin bagi kita semua: apakah kita masih akan terus mengotori aliran hidup kita, atau mulai belajar merawatnya?
Editor: Rudi.








