Sumpah Pemuda, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Gelar JALMA RASA: “Sumpah Kebangsaan” Muda Berbudaya

 Sumpah Pemuda, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Gelar JALMA RASA: “Sumpah Kebangsaan” Muda Berbudaya

Foto: foto: Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Abi Kusno (kanan) dan Kasubbag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV I Gusti Agung Gede Artanegara menyampaikan keterangan pers di kantor setempat

Letternews.net — Serangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, mengajak untuk menilik kembali sejarah kelahiran Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang pada hakikatnya menunjukkan kepada kita sebuah semangat zaman dari sekumpulan orang terpelajar yang memiliki kesadaran akan sebuah cita-cita kebangsaan Indonesia sebagai bangsa berdaulat.

BACA JUGA:  Meninggal Dunia Korban Tabrakan Kereta dapat Santunan Rp50 Juta

“Sumpah Pemuda tidak lahir dari ruang hampa. Lebih dari sebuah ikrar, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari proses panjang saling silang dan silih ide dan gagasan melewati perjumpaan panjang dari banyak orang dengan perbedaan latar suku, ras, dan budaya, namun memiliki persamaan rasa sebagai sebuah bangsa di bawah kuasa kolonial,” ungkap Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Abi Kusno didampingi Kasubbag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV I Gusti Agung Gede Artanegara saat jumpa pers di kantor setempat, Badung, Kamis (24/10/2024).

Abi menuturkan, orang-orang yang berkumpul dan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sadar bahwa keutamaan mereka sebagai kaum terpelajar merupakan bekal untuk memperkuat rasa kebangsaan Indonesia. Mereka sadar bahwa penting untuk menciptakan kebaruan di tengah semangat rasa kebangsaan Indonesia yang telah tersemai dan tumbuh di antara pemuda-pemudi dan kaum terpelajar.

BACA JUGA:  Membangun Kuliner Indonesia Lewat Indikasi Geografis

“Mereka adalah orang-orang yang telah ditempa oleh kerasnya zaman. Mereka sadar bahwa kehendak zaman telah berubah. Maka mereka bersumpah untuk terus menguatkan persatuan dan rasa kebangsaan menuju satu ke-Indonesia-an,” jelasnya.

Lebih lanjut Abi memaparkan terkait rangkaian kegiatan menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda yang mengambil tema, JALMA RASA: “Sumpah Kebangsaan” Muda Berbudaya.

“Lebih dari bentuk fisik manusia, Jalma merupakan sebuah proses ‘menjadi’ dimana manusia ‘mengada’ sebagai aktor utama gerak kemajuan kebudayaan. Jalma Rasa pada akhirnya bukan sekedar perayaan seremonial Sumpah Pemuda. Jalma Rasa merupakan sebuah kesadaran atas pentingnya proses kebaruan untuk masa depan kebudayaan Indonesi,” bebernya.

BACA JUGA:  Anak Aniaya Putra Petinggi GP Anshor, Bapak Siap Mundur Dari Jabatan 

Jalma Rasa menurutnya mewujud pada bentuk Sumpah Kebangsaan, sebagai manusia Indonesia yang berbeda suku, ras, bahasa, dan budaya, menginsyafi untuk membawa Indonesia ke puncak kebudayaan dan peradaban dunia. Jalma Rasa menjadi sebuah prasyarat bagi jembatan baru menuju 100 tahun Sumpah Pemuda. Seperti halnya para pengikrar Sumpah Pemuda 1928, hari ini kita sadar bahwa semangat zaman telah berubah. Indonesia telah menemukan bentuk sebagai sebuah Negara. Oleh karenanya sudah tiba waktunya kita men-Jalma menuju Indonesia Emas 2045.

“Sebagai wujud dari kelindan atas gagasan penciptaan baru kebudayaan Indonesia menuju puncak peradaban dunia, Subak merupakan pilihan logis untuk menjadi tonggak baru dalam upaya menata kebudayaan dan peradaban baru Indonesia Emas 2045. Subak merupakan salah satu dari mahakarya budaya Indonesia yang bertahan dan terus berkembang beralih- ubah selama satu milenia,” papar Abi.

Selain itu digelar pula kegiatan Kulakan Budaya di mana kita menyadari bahwa budaya tidak pernah lahir dari kehampaan. Budaya selalu hadir dinamis, bergerak, dan berkembang pada semangat zaman yang terus beralih- ubah. Kulakan Budaya, merupakan satu bentuk dari bagaimana sebuah ekosistem budaya tercipta untuk menopang keberlangsungan mahakarya budaya.

BACA JUGA:  Warga Bangli Dicurigai Tenggelam di Danau Batur

“Melalui Kulakan Budaya kami ingin menyampaikan bahwa dalam upaya menuju puncak mata rantai belantara kebudayaan dunia penting bagi kita untuk terus melakukan pertukaran ide, gagasan, maupun praktik kebudayaan sehingga akan terus tercipta kebaruan budaya,” terangnya.

Lebih lanjut ia menegaskan event Muda Berbudaya Fest sebagai puncak rangkaian acara Jalma Rasa: “Sumpah Kebangsaan” Muda Berbudaya. Muda Berbudaya Fest sebagai rangkaian pertunjukan budaya akan mengantarkan kita pada sebuah refleksi bersama atas semangat Sumpah Pemuda, dan langkah awal pembaruan dari “Sumpah Kebangsaan”.

“Melampaui batas seremonial, puncak acara ini kami persembahkan untuk masa depan pemajuan Kebudayaan Indonesia,” tegasnya.

BACA JUGA:  Kwartir Gerakan Pramuka Bali Gelar Rakerda Pramuka Tahun 2022

Kasubbag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV I Gusti Agung Gede Artanegara menambahkan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV mempersembahkan gagasan besar ini melalui rangkaian acara bertajuk, Jalma Rasa: “Sumpah Kebangsaan” Muda Berbudaya. Menyarikan semangat kebaruan Sumpah Pemuda 1928 dan perubahan zaman menuju Indonesia Emas 2045. Rangkaian acara ini terdiri dari tiga kegiatan utama: Berpacu Berbudaya Run, Kulakan Budaya, dan Muda Berbudaya Fest.

“Kami menggelar Berpacu Berbudaya Run yang melibatkan 200 peserta start dan finishnya di Jatiluwih Tabanan. Dihibur juga oleh artis Gus Teja, Bondres Rare Kual, dan Gong Kebyar,” sebutnya.

Filosofinya, tambah Artanegara, dunia kini melaju dengan cepat, semua berlomba menjadi terdepan atau tergilas oleh zaman. Berpacu Berbudaya Run merupakan sebuah simbol di mana hari ini kita, dihadapkan pada pertarungan kebudayaan global.

BACA JUGA:  Flynet Dukung Seminar Online Empowering Your System to Drive Direct Sales

“Hamparan Subak Jatiluwih akan menjadi latar kita berlari dengan riang gembira, meresapi, dan memaknai ulang Subak lebih dari sebagai warisan budaya dan menjadikannya sebagai titik tolak bangsa Indonesia menuju puncak kebudayaan dunia,” pungkas Artanegara.

Reporter: Tim

.

Bagikan: