Peningkatan Pemasaran Ekspor-Impor Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Provinsi Bali

 Peningkatan Pemasaran Ekspor-Impor Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Provinsi Bali

Foto: Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. I Gusti Ayu Diah Yuniti,M.Si saat melihat salak

Letternews.net — Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Bali khususnya, serta memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan. Salak merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang banyak terdapat di berbagai provinsi di Indonesia dan umumnya mempunyai nama dan rasa sesuai dengan daerah asalnya. Provinsi Bali merupakan daerah penghasil buah salak dan telah menembus pasar internasional.

BACA JUGA:  Gubernur Bali Ingatkan Kontraktor PT. Tunas Jaya Sanur Jangan Korbankan Kualitas Bangunan Pasar Semarapura 

Berdasarkan data administrasi Kelompok Tani Mekar Sari tahun 2022, Volume rata-rata produksi salak yaitu sekitar 630 kg per ha dan volume produksi total mencapai 22.680 kg per tahun. Menurut dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. I Gusti Ayu Diah Yuniti,M.Si mengatakan bahwa besarnya jumlah produksi dan konsumsi buah salak ini belum mencerminkan sistem pemasaran yang efisien, terutama bila dilihat dari keuntungan yang diterima petani Pemasaran buah salak sampai saat ini masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran pemasaran yang digunakan, besar biaya pemasaran yang dikeluarkan, besar marjin pemasaran, keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran dan efisiensi pemasaran dalam budidaya salak. Hal tersebut disampaikan di sela kegiatan penyuluhan kolaborasi Kerjasama antara Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Indonesia dengan Ilan University Taiwan yang dilaksanakan secara hybrid.

Foto: Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. I Gusti Ayu Diah Yuniti,M.Si

Hasil wawancara dengan beberapa petani buah salak desa Sibetan mengatakan bahwa terdapat beberapa saluran pemasaran yang terjadi pada penjualan salak dari petani Desa sibetan hingga ke konsumen akhir.

Pola A: petani-pengepul kecil-pengepul besar-konsumen, Pola B: petani-pedagang, pengumpul kecil-pengecer-konsumen, Pola C: petani-pengecer,konsumen lokal.

Fungsi pemasaran dalam komoditas salak ini dimulai dari petani produsen di Desa Sibetan kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga pemasaran selanjutnya.

Namun tidak semua fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut, hal ini tergantung dari situasi dan kondisi tertentu.

Margin pemasaran untuk pola pemasaran A adalah Rp.15.000,00 atau 50,00% dari harga jual pedagang kecil kepada kepada konsumen akhir. Pemasaran B dilakukan mulai dari tingkat petani dengan harga jual Rp 15.000/kg atau 33,33% dari harga jual pengecer kepada konsumen akhir.

BACA JUGA:  Pangdam Zamroni Berikan Kuliah Umum Ribuan Mahasiswa Unmas Denpasar

Dengan keunggulan varian dan rasa yang khasnya, salak Karangasem mulai diminati pasar di luar Bali. salak Sibetan diminati karena rasanya yang tidak terlalu manis. selain diminati pasar luar daerah Bali atau pasar domestik, komoditi salak Bali khususnya salak Sibetan juga mulai terserap di pasar ekspor.

Belakangan ini, petani Sibetan menjual salak segar yang sudah dikupas ke eksportir di Jakarta untuk kemudian dikirim ke beberapa negara Asia Tenggara.

Seperti Malaysia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Hanya saja saat ini, kendala yang dihadapi para petani ketika dihadapkan pada masa panen raya. Di mana saat itu harga buah salak anjlok bahkan berada di kisaran Rp 1000 per kilogram.

Dengan harga segitu kan petani rugi. Bahkan belum lagi untuk ongkos petik dan angkut. Makanya untuk meningkatkan harga jualnya bisa diolah menjadi makanan kripik, atau selai, dodol, manisan hingga minuman, demikian dikatakan oleh salah satu petani salak Sibetan I Nyoman Mastra.

Ditulis Oleh: Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. I Gusti Ayu Diah Yuniti,M.Si

.

Bagikan: